Anteposterior

(n) Tempat Dimana Dapat Berbagi Pikiran Dan Perasaan



           Sebuah perjalanan yang menyenangkan semester 6 ini. Meskipun menyedihkan untuk satu hal, ketika kenyataan tak sesuai harapan (kecewa). Namun akan ada kebahagiaan yang perlu disyukuri benar-benar.


Berat ketika harus melangkah untuk sesuatu yang baru,
ketika semua kenangan begitu indah
Memikirkan setiap detik bagaimana sebelumnya  pernah bahagia
Tak kuasa ketika takdir mengatakan “iya inilah waktunya”
Dan hati masih berkata “tunggu sebentar”
Lantas hanyalah diri ini yang  mampu bertasbih,
Kepada harapan, agar waktu bisa diulang
Tapi jika ini jalan Tuhan, mengapa harus dipaksakan

Sebuah rentetan penyesalan selalu mengingatkan
Akan betapa lelahnya perjuangan tanpa balas yang sepadan
Bukan karena tak bisa mengikhlaskan,
Tapi mengapa begitu manis tapi melenakan
Dibiarkan terjun sendirian tanpa pengaman

Sungguh, betapa mengikatnya kenangan
Membuat keputusan untuk melupakan menjadi bimbang
Apakah ini rasanya dikuasai perasaan
Terjebak di musim gugur dan melihat daun berguguran
Melupakan musim semi yang begitu banyak bunga bermekaran.

Semoga Bunga, Hujan,dan  semua  yang diberikan-Nya menyembuhkan
Menghapus semua pengharapan
Memberikan hidayah pada setiap perjalanan
Sehingga jatuh pun tak kan lagi sakit
Kenangan pun tak lagi menghambat
Masa lalu pun menjadi sahabat
Merangkul masa depan untuk menjadi hebat

Masih banyak hal yang perlu disykuri,
Daripada harus terus meratapi
Samudera kebahagian masih begitu luas,
Dibandingkan setetes masalah yang selalu memeras
Pelopponesus yang begitu keras pun menghasilkan intan
Kesabaran pun pada akhirnya memberikan keberuntungan

Terimakasih atas semua pelajaran
Entah apa yang terjadi di masa depan
Semoga tak menjadi dendam atau ajang pembuktian
Inilah hidup, beribadah dalam keikhlasan
Berbahagia dalam setiap cobaan
Besama keluarga, teman, dan orang tersayang
Menuju berkah yang diberikan  Tuhan

- Yoga Dewa -
7. 7. 2017

Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar


Perjuangan Hak Wanita

    Perjuangan feminisme saat ini sudah semakin di atas awan, banyak sekali sistem, nilai, norma, peraturan, hukum yang mengatur mengenai persamaan hak laki-laki dan perempuan. Undang-undang menyebutkan setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan dan penghidupan yang layak. Persatuan Bangsa-Bangsa dalam setiap point di Suistinable Development Goals pun juga menyebutkan persamaan laki-laki dan perempuan untuk mendapatkan hak yang sama.

      Sekarang ini rasanya wanita perlu mensyukuri apa yang sudah dilakukan R.A Kartini pemerjuang hak wanita lainnya. Megawati Sukarno Putri (Indonesia), Gloria Macapagal Arroyo (Philipina), Shek Hazina (Bangladesh), Benazir Bhuto (Pakistan), Indira Gandhi, Sonia Gandhi (India), dan lain-lain memberikan penegasan bahwa wanita dapat tampil sebagai aktor yang memiliki kekuatan dan kemampuan untuk memimpin suatu masyarakat dan bahkan menjadi top leader bagi bangsanya.

   Kembali membahas R.A Kartini, meskipun hanya memperoleh pendidikan tingkat Elementary School yaitu Europesche Lagere School, namun Kartini telah dapat menguasai bahasa Belanda sehingga ia memiliki modal pengetahuan yang cukup untuk berhubungan dengan dunia modern. Komunikasinya dengan teman-temannya di Eropa dilakukan lewat surat-menyurat dalam bahasa Belanda .

  Kartini mengungkapkan pemikiran-pemikirannya tentang nasionalisme dan perjuangan untuk meningkatkan derajat bangsa Indonesia. Surat-surat Kartini kemudian dikumpulkan dan dibukukan oleh JH Abendanon, dengan judul Door Duisternis tot Licht. Buku ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Armin Pane dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang. Sementara itu Agnes Louise Symmers men-terjemahkannya ke dalam bahasa Inggris dengan judul Letters of A Javanese Princess.

  Menurut Kartini dalam surat-suratnya, keadaan wanita Indonesia pada zaman tersebut sangat memprihatinkan karena terbelenggu oleh hukum adat yang sangat bias terhadap jender. Pada zaman Kartini wanita merupakan makhluk inferior bila dibandingkan pria. Mereka tidak diperkenankan untuk tamil dalam kegitan-kegiatan publik. Mereka juga tidak mendapat pendidikan secara layak. Di samping itu adanya kawin paksa merupakan sebuah pemberangusan terhadap kebebasan gadis-gadis untuk menentukan sendiri calon suaminya. Kartini juga mengkritisi maraknya poligami yang dilakukan oleh para bangsawan Jawa pada masa tersebut. Menurut Kartini ini semua merupakan sebuah konstruk budaya yang sangat tidak adil. Jika diruntut, perjuangan dulu begitu besar dampaknya pada feminisme atau perjuangan hak wanita saat ini.

Fenomena

   Masalahnya sekarang ini, penulis melihat beberapa wanita justru ingin diistimewakan. Penulis melihat masih banyak fenomena wanita yang justru melegitimasi label bahwa laki-laki yang lebih kuat. Banyak sekali porsi pekerjaan yang berkaitan dengan tenaga selalu diberikan kepada laki-laki. Mereka, mungkin tipe wanita yang tidak menghargai perjuangan R.A. Kartini dan kawan-kawan.

     Fenomena yang terjadi juga berkaitan dengan kuasa perempuan yang berlebihan. Karena mungkin sudah diatas awan mengenai perjuangan feminisme, beberapa wanita mungkin masih membanggakan masa lalu dan tidak perlu merasa berjuang lagi.

Contoh saja, kekerasan yang terjadi didalam rumah tangga kadang kala berawal dari pertengkaran sampai berujung pada matinya korban. Sebagai contoh kasus yang terjadi di Lampung Barat Liwa . Selanjutnya seperti dalam Sinetron Suami-Suami Takut Istri, meskipun hanya cerita buatan, tapi fakta tersebut memang ada dalam kehidupan masyarakat. Memang sedikit kasus mengenai wanita yang mendominasi laki-laki, tapi sedikit ada memang faktanya.

Kata Bijak Penulis

    Saya tidak mungkin menyimpulkan bahwa semua wanita sama, TIDAK. Semua wanita berbeda, Namun saya kagum dengan wanita yang mampu merdeka untuk dirinya, keluarga dan orang di sekitarnya. Laki-laki dan perempuan memang memiliki hak yang sama dalam banyak hal. Tapi bukan berarti semua harus sama kan?, Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan itu berbeda karena ada yang berbeda kan?.

   Bukan untuk saling menguasai satu sama lain, tapi saling mengisi. Tidak perlu berfikiran negatif ketika ada wanita yang mengurus rumah tangga, ya mungkin memang keahliannya disitu. Dan juga jangan berfikiran negatif kepada wanita berkarir, semua itu jalan hidup. Jalan hidup seseorang berbeda-beda. Tidak perlu perdebatan, saling menghormati antara laki-laki dan perempuan adalah yang terbaik.


Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Older Posts

About Me

Yoga Dewa

(Sociologist)

Focus on Community Development, Education, New Social Movement

Instagram: @Yogantarawa

Labels

  • CERPEN
  • MY ART
  • OPINI
  • Puisi
  • REKOMENDASI
  • TIPS AND TRICK

recent posts

Sponsor

Flag Counter

Blog Archive

  • ►  2023 (1)
    • ►  October (1)
  • ►  2020 (6)
    • ►  May (3)
    • ►  February (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2019 (22)
    • ►  December (1)
    • ►  September (6)
    • ►  August (4)
    • ►  June (1)
    • ►  May (1)
    • ►  March (3)
    • ►  February (5)
    • ►  January (1)
  • ►  2018 (4)
    • ►  December (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (1)
  • ▼  2017 (16)
    • ►  November (1)
    • ►  October (4)
    • ►  September (1)
    • ▼  July (2)
      • Sebuah Puisi: Memaknai Sebuah Kekecewaan
      • OPINI: Perjuangan Hak Wanita Saat ini
    • ►  May (5)
    • ►  February (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2016 (27)
    • ►  August (1)
    • ►  July (3)
    • ►  June (9)
    • ►  May (2)
    • ►  April (2)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (5)
  • ►  2015 (8)
    • ►  December (7)
    • ►  October (1)
  • ►  2014 (11)
    • ►  August (2)
    • ►  July (4)
    • ►  June (5)

Created with by BeautyTemplates| Distributed By Gooyaabi Templates