Cerpen Kemerdekaan

by - 23:46

haloooooo agan agaan semuanya kali ini aku mau ngeshare karya cerpen aku, ini juga sebenernya tugas disekolah dulu karena menurut aku ini cerpen bagus jadi yang sekalian aku mau posting.in disini biar dibaca banyak orang dan bisa juga buat bahan renungan buat yang suka baca baca cerpen :D

jadi langsung aja ya gan ,, cekidooot.... :D

Benar Benar Cinta Tanah Airku Indonesia

Idam Aditya Garuda adalah nama yang diberikan orang tuaku kepadaku, Idam yang artinya adalah keinginan ,  aditya artinya orang yang selalu memancarkan kecerahan dan garuda yang berarti lambang Indonesia dan jika digabung artinya adalah orang yang mempunyai keinginan untuk memancarkan kecerahannya untuk Indonesia dan menjulang tinggi bagai garuda. Dan mungkin itulah yang diharapkan oleh orang tuaku yang keduanya adalah prajurit tentara Indonesia. Mesti begitu sepertinya aku bukanlah orang yang diharapkan orang tuaku, karena aku merasa jika aku tidak begitu bangga dengan Indonesia apalagi pelajaran pkn. Entah kenapa aku seperti itu, sepertinya aku punya penyakit membenci sesuatu tanpa alasan.

Sekarang umurku 17 tahun dan masih duduk di kelas 2 SMA  jurusan ips. Aku termasuk siswa yang berprestasi dalam bidang akademik. Aku termasuk pintar dalam setiap mata pelajaran kecuali pelajaran pkn, aku sangat bodoh untuk pelajaran ini. Sampai suatu saat, aku dimarahin orang tuaku gara-gara pelajaran ini dan sepertinya orang tuaku kecewa karena ini. Sebenarnya bukannya aku tidak bisa hanya saja aku merasa tidak senang  mempelajarinya.

Pada suatu hari pada saat aku mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah, waktu itu pelajaran pkn. Seperti biasa pada saat pelajaran pkn aku selalu tidur di dalam kelas. Pada saat aku tertidur tiba- tiba aku mendengar suara ketukan pintu. “Tok, tok, tok” mendengar suara itu aku langsung terbangun dan semua pandangan  teman-teman dan guru ke arah pintu masuk kelasku. dan ternyata yang mengetuk pintu adalah guru bk di sekolahku, lalu beliau meminta izin ke guru yang mengajar untuk memanggilku sebentar karena ada sesuatu hal. Lalu aku keluar dan menemui guru bk dan berharap tidak terjadi sesuatu hal. “Dam sekarang cepat ambil tas dan pulanglah”kata guru bk. ”Kenapa pak”kataku menjawab. Orang tuamu telah meninggal dunia disaat menjalankan tugas negara untuk perdamaiaan di palestina  dan sepertinya, jenazah akan tiba di rumah jam 7 malam. “Apa aku tidak salah mendengar pak” kataku. “Yang tabah ya nak sekarang kamu cepatlah ambil tas dan pulang” kata guru bk sambil menepuk bahu kananku. “Tidak mungkin pak, bapak pasti salah mendengar” kataku, sedikit meneteskan air mata sambil perlahan berjalan mundur 2-3 langkah. “Cepatlah pulang nak ”kata guru bk seketika itu aku langsung bergegas masuk ke kelas dan mengambil tas sambil menahan tangisan lalu berlari menuju parkiran sekolah lalu pulang. Setelah menahan tangisan tadi di perjalanan aku mengeluarkannya, semua tangisan kesedihaanku dan bertanya tanya apakah memang benar jika orang tuaku sudah meninggal. Jika memang iya maka aku akan sangat membenci Indonesia karena telah menyuruh orang tuaku mengorbankan nyawa.
Sesampainya di rumah aku melihat terdapat tenda dan kursi, bendera kuning dan banyak tetangga yang datang menggunakan pakaian serba hitam. Melihat itu semua tetesan air mata yang jatuh dari kedua mataku semakin deras saja. Segera aku bergegas masuk ke rumah dan ternyata sudah ada paman dan bibiku yang telah menunggu. “yang sabar ya nak, yang tabah”kata bibiku sambil memelukku. Dan aku hanya menangis dan terus menangis. Segera aku berlari ke kamar mencoba untuk tidur berharap ini hanya mimpi. Setelah adzan magrib bibiku membangunkanku ”dam bangun sekarang sudah magrib segara mandi, sholat dan doakan orang tuamu, kira-kira jenazah akan datang 1 jam lagi”. aku hanya bisa diam dan segera mandi sambil berbicara dalam hati ”ternyata ini bukan mimpi”.     

            Setelah selesai sholat dan menunggu 1 jam, tiba-tiba terdengar sirine mobil ambulan. Seketika itu juga jantungku berdegup kencang bercampur tangisan yang keras dan berlari keluar. Melihat jenazah orang tuaku dibawa masuk, rasanya aku tak sanggup berdiri lagi. setelah mengikuti pengajian dan penguburan jenazah orang tuaku. Aku langsung mengurungkan diriku di kamar. Di kamar aku merenungkan semua. “kenapa ini bisa terjadi, bagaimana aku bisa hidup tanpa kedua orangtuaku Tuhan. Kenapa mereka mengirim orangtuaku kenapa bukan yang lain, aahhhh aku benci Indonesia aku akan balas dendam” kataku dalam hati. 

           Dan tiba-tiba ada yang mengetuk, seketika itu juga aku langsung membuka dan ternyata yang datang adalah bibiku sambil memberikan sepucuk surat yang ditulis kedua orang tuaku saat bertugas untukku. Lalu aku mengunci kamar dan membaca surat itu. “hai nak bagaimana kabarmu? Semoga baik baik saja disana sekarang kami sadang bertugas di palestina untuk perdamaian. Kami sangat bangga dengan tugas ini meskipun harus mengorbankan nyawa, kami akan sangat bangga gugur untuk membanggakan negara Indonesia sebagai negara yang cinta perdamaian. Dan kami akan sangat bangga lagi jika kamu dapat lebih dari kami membanggakan Indonesia. Meski kau terlihat seperti membenci Indonesia tanpa alasan, kau tak bisa membohongi hatimu nak, kau terlahir dari orang tua yang sangat cinta Indonesia dan kau terlahir dengan nama yang kami berikan berharap kau dapat berguna bagi indonesia dan mencintai Indonesia. Buatlah kami bangga nak” isi surat dari orang tuaku. Aku hanya bisa terus menangis dan memeluk surat itu. Adzan subuh berkumandang, aku segera bangun dan merenungkan surat orang tuaku. Dan aku berusa tetap tegar mungkin ini juga yang diharapkan orangtuaku. Segeralah aku berangkat sekolah dengan perasaan penuh ketegaran dan optimis mengahadapi masa depan.

            1,5 tahun sudah berlalu sekarang aku baru lulus dari SMA dan mendapatkan nilai UN tertinggi se-Indonesia dan aku ditawari beasiswa untuk kuliah S1 sampai S2 diluar negeri gratis. Dengan tegas aku menolaknya dan lebih memilih beasiswa kuliah di UI, aku tidak tau kenapa aku menolaknya padahal ini satu-satunya kesempatanku untuk balas dendam. Tiba-tiba aku teringat kembali surat yang ditulis orangtuaku,dan setalah kupikir mungkin benar kata orang tuaku aku terlahir untuk indonesia. Dan mulai dari itu aku mengurungkan niatku untuk balas dendam.

            10 tahun sudah berlalu sudah berlalu sekarang aku bekerja menjadi menteri luar negeri untuk Indonesia setelah lulus S2 jurusan hubungan internasional dari UI. Dan aku juga ditunjuk Indonesia sebagai wakil Indonesia yang pertama kali di PBB sebagai ketua organisasi di bidang perdamaian. Masih belum cukup puas aku langsung turun ke lapangan untuk berpidato di israel dan palestina agar kedua negara saling berdamai. Pada saat pidato aku koma sampai 2 minggu karena serangan dari israel, banyak negara yang bersimpati kepadaku. Dan banyak negara yang memberitakan bahwa aku adalah pahalawan modern indonesia.

          Semenjak itu aku semakin cinta Indonesia dan berencana membuat indonesia semakin bangga padaku. Setelah dirawat di amerika aku kembali ke tanah air. Setelah sampai di tanah airku Indonesia dan saat keluar dari pesawat melihat suasana, pemandangan indonesia dan sambutan dari orang-orang, membuatku menangis bangga, bangga untuk diriku sendiri karena telah berhasil membuat bangga Indonesia dan bangga karena terlahir sebagai anak Indonesia. Sambil melangkah turun dari pesawat dalam hati aku berkata”terimakasih Tuhan atas semua yang engkau berikan. Aku sangat cinta, aku benar benar cinta Indonesia”. Dan seketika itu juga seperti ada orang tuaku di sampingku dan membisikkan ketelingaku”terimakasih karena telah membuat kami bangga ya  nak, kami cinta kamu”.

Karya: Oktavimega Yoga Guntara Dewa

oke gimana gan nangis kan? hehehe nangis karena ceritanya bagus atau karena tulisan ane jelek hayooo? jujur aja :p kalo mau jujur caranya gampang kok 
caranya komen aja atau like atau follow twitter @Yogantarawa

You May Also Like

1 komentar

  1. Cerpen yang menarik. Aku juga bikin blog cerpen, tapi belum sebagus kamu. Kalo kamu sempat bisa kunjungi

    https://bacacerpensaya.blogspot.com/?m=1

    Terima kasih

    ReplyDelete