OPINI: KETIKA GENGSI MERAMPAS EMPATI

by - 03:45

KETIKA GENGSI MERAMPAS EMPATI



“Hidup itu simple dan murah, yang bikin rumit dan mahal adalah gengsi”

                Mungkin itulah quote  yang sering kita dengar mengenai gengsi dan membuat kita berpikir “bener juga ya”.  Dan mungkin kalian sempet berpikir dan bertanya tanya kenapa hal itu bisa terjadi. Wajar saja ketika kalian berpikir seperti itu, karena memang kita sekarang hidup dalam zaman dimana kapitalisme semakin menjadi – jadi. Zaman dimana merk menjadi sebuah tuntutan bagi siapa saja orang yang ingin dipandang dalam kelas sosial atas. Zaman dimana banyak orang yang lebih sibuk memperkaya diri dan memperbaiki citra diri sendiri agar status sosial mereka dipandang tinggi.

                Gaya hidup yang begitu berkelas dan memiliki status sosial yang tinggi mungkin adalah sebuah aktualisasi diri dari seseorang. Keinginan untuk menjadi yang paling tinggi dengan segala kenikmatan yang berada diatas kadang membuat banyak orang tergiur. Dengan segala kenikmatan yang diberikan bagi kaum atas, seolah hal itu menjadi sebuah tujuan hidup dan melihatnya sebagai sebuah kesempurnaan.

Tanggung jawab, kekurangan dan segala konsekuensi dalam status sosial yang tinggi seolah tidak pernah terpikirkan. Gengsi telah membuat pengertian mengenai roda kehidupan akan selalu berputar seolah hanya sebagai motivasi bagi kaum bawah, bukan menjadi peringatan bagi kaum atas maupun bawah. Tingginya status sosial yang didalamnya ada kekayaan, kekuaasaan, kehormatan dan ilmu harusnya menjadi sebuah amanah yang tidak mudah. Karena tak akan mudah berada diatas.

Pohon yang paling tinggi, harus menguatkan akarnya agar tidak mudah jatuh dihempas angin, badai bahkan longsor sekalipun. Artinya adalah ketika kita berusaha menjadi lebih tinggi, kita juga tidak boleh melupakan akar karena yang membuat kita kuat adalah dasar yang kuat. Dan pohon yang tinggi tidak akan lama hidupnya jika tidak ditemani pohon – pohon tinggi disekitarnya. Artinya membangun kebersamaan itu penting.

Tidak berarti bahwa kekayaan, kekuasaan, kehormatan, dan ilmu itu tidak penting. Semua itu menjadi penting ketika kita mampu menggunakan hal itu untuk kebaikan kebahagiaan bersama. Maksudku adalah, Selain keperluan untuk diri sendiri dan keluarga, kita tak seharusnya melupakan masyarakat. Terkadang karena kita terlalu sibuk memperkaya diri, kita lupa akan masyarakat disekitar kita yang masih kelaparan, yang tidak punya pendidikan tinggi dan mungkin juga kehidupan yang tidak layak. Dengan apa yang terjadi seperti itu, apakah kalian akan masih merasa bahagia?.

Semua manusia telah memiliki kadar empati sendiri. Terkadang kurangnya empati terjadi karena telah dirampas oleh gengsi. Gengsi untuk tidak menjadi yang lebih tinggi telah salah mengartikan  kebahagiaan. Karena menurut saya bahagia adalah ketika kita mampu melepaskan (memberi), kita akan merasa lega (bahagia).



= Sekedar opini rumit yang ingin saya bagi, terimakasih telah membaca =


You May Also Like

0 komentar