Anteposterior

(n) Tempat Dimana Dapat Berbagi Pikiran Dan Perasaan

Sebuah Pemikiran: Pentingkah Ujian?




          Pernah nggk sih kalian bertanya kenapa kok ada ujian di sekolah? Pasti ada jawaban ya untuk menguji kemampuan lah, ya untuk mengukur kepintaran lah, ya untuk bla bla bla bla. Terkadang aku sendiri berfikir ujian itu untuk apa. Banyak siswa yang baru belajar saat ujian, banyak orang tua menjadi perhatian saat ujian, banyak orang yang belajar, banyak orang yang tinggal buat contekan,  banyak hal terjadi saat ujian.

Pendapat pribadiku mengatakan ujian adalah arena pertandingan akademik berbagai siswa dengan tujuan sekolah yang berbeda – beda. Iya nggk sih?. Ada orang yang niatnya sekolah cari ilmu belajar terus sampai dapat nilai bagus. Ada orang yang niatnya cari nilai jadi tahu cara dapat nilai mulai dari yang halal sampai haram, ada yang sekolah cuman buat ngisi waktu luang ngerjain seadanya sampai – sampai nilai D tapi masih kayak gk ada beban.

Well, semua nggk jadi masalah sih ketika memang  ada perkataan “setiap orang punya jalan masing – masing”  tapi yang menjadi masalah adalah ketika anggapan masyarakat atau stigma mereka menjadi sebuah hp canggih yang harus dibeli. Pernah nggk sih kalian udah usaha belajar keras terus dapat nilai jelek terus temen – temen, keluarga atau masyarakat memandang kalian bodoh? Pernah nggk sih kalian ujian nyontek gk belajar tapi dapet A terus masyarakat bilang kalian pinter?. Pernah nggk sih ketika kalian udah belajar keras dapat nilai A terus temen kalian tinggal nyontek dapat nilai A terus kalian dianggap sama pintarnya?. Lucu nggk sih?

Well lagi, masyarakat memang sangat lucu. Nggk perlu menyalahkan masyarakat tapi pecahkan kodenya. Hasil tidak akan menghianati usaha temen – temen sekalian yang belajar keras. Akan ada hasilnya suatu saat nanti dan tunjukan saja bahwa ujian bukanlah indikator kecerdasan seseorang. So? Penting atau tidaknya ujian tergantung bagaimana kita memaknai sendiri dan tidak memperdulikan hal – hal lain yang akan menhancurkan ketulusan kita mencari ilmu dan menuju kesuksesan.




Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar
SOSIOLOGI PENDIDIKAN: Menilik Ideologi Pendidikan Kritis




            Seperti mungkin yang kita semua tau mengenai kurikulum yang ada di Indonesia kian lama kian berubah – ubah. Seolah – olah masih mencari metode yang tepat, tapi malah membuat bingung banyak orang. Sistem pendidikan yang sekarang mencoba mengubah sistem one-way traffic atau yang biasanya guru ceramah siswa mendengarkan ke sistem multi-way traffic dimana siswa harus lebih aktif dan guru hanya sebagai fasilitator.


Perubahan – perubahan mengenai sistem di pendidikan tidak lepas dari ideologi pendidikan yang dipakai. Ada beberapa ideologi dalam pendidikan seperti ideologi konservatif meyakini bahwa stratifikasi masyarakat merupakan hukum alam. perubahan sosial bukan merupakan sesuatu yang harus diperjuangkan, karena perubahan akan membuat kesengsaraan. Masyarakat tidak bisa merencanakan perubahan, hanya Tuhan lah yang mampu menentukan keadaan masyarakat. Orientasinya adalah untuk menjaga nilai – nilai normatif (status quo). Pendidikan menjadi tidak jauh beda dengan proses sosialisasi yang kemudian menjadi pedoman hidup.

Ideologi pendidikan liberalisme misalnya, meyakini bahwa ada masalah – masalah (sosial, politik dan ekonomi) dalam kehidupan masyarakat, tetapi pendidikan tidak berkait dengan itu semua. Pendidikan tidak memiliki tugas yang berkaitan dengan persoalan politik dan ekonomi. pendidikan justru menyesuaikan diri dengan keadaan ekonomi dan politik, dengan cara reformasi kosmetik. Contoh-contohnya membangun kelas dengan fasilitas baru peralatan sekolah dibuat modern, mengglobal dan berbasis komputer (komputerisasi) atau menyediakan alat – alat pendidikan yang cenderung berlebihan. Pelatihan – pelatihan untuk menjadi buruh juga digalakkan untuk menjaga adanya pekerja berkualitas.

            Ideologi pendidikan kritis sendiri tokoh yang paling terkenal biasanya adalah Paulo Freire yang paling terkenal dalam bukunya pendidikan kaum tertindas, adalah Freire memandang pendidikan yang terjadi selama ini hanya mempererat kesenjangan sosial dikarenakan pendidikan tidak diupayakan untuk mencerdaskan atau mengasah kepekaan akan realitas sosial. Namun para pelajar dihilingkan sensitivitasnya terhadap realitas sosial dan menciptakan buruh – buruh untuk kaum atas. Sehingga Freire merasa bahwa sudah ada penindasan dalam pendidikan.

             Didasarkan atas pemikiran Paolo Freire, terutama tentang kesadaran manusia. Menurut Freire, kesadaran manusia terdiri atas tiga tahap yaitu kesadaran magis yang berarti manusia selalu mengkaitkan apa yang terjadi dalam hidupnya adalah takdir jadi cenderung fatalis dalam kehidupan. Yang kedua adalah kesadaran naif artinya manusia sudah memahami akan masalah – masalah yang ada dan sadar mengenai ketertindasan. Namun, masyarakat masih kurang peduli dan tidak berani melakukan perubahan. Yang ketiga adalah kesadaran kritis, ini adalah titik dimana manusia mengerti dan peka terhadap realitas sosial dan ada tindakan untuk melawan penindasan serta melakukan perubahan yang lebih baik.

            Paulo Freire memandang bahwasanya manusia harus memiliki kesadaran kritis agar merdeka dari penindasan dan menikmati hak sebagai manusia yang bebas dan merdeka. Pendidikan kritis sendiri meyakini bahwa hal-hal berikut ini adalah yang dapat membisukan manusia yaitu ketidakadilan kelas, diskriminasi gender, hegemoni kultural dan politik, Dominasi  (diskursus yang membius kesadaran masyarakat).

Dalam pendidikan kritis juga memiliki metode praktik yang dapat diterapkan. Metode yang dipakai Paulo Freire sendiri adalah dialogis, dialog adalah cara memanusiakan manusia (humanisasi). Melalui proses dialog menghasilkan conscienitazation (konsienitasasi). Proses berkembangnya kesadaran dan memiliki critical awarness (kepekaan kritis) sehingga mampu melihat secara kritis kontradiksi sosial di sekelilingnya dan berusaha untuk mengubahnya.

Freire berpendapat bahwa, untuk mendukung peningkatan kesadaran kritis sendiri, ada tiga tahap dasar  dalam pendidikan kritis yang diajarkan seperti Naming, tahap menanyakan sesuatu: what is the problem. Mempertanyakan sesuatu yang berkaitan dengan ‘teks’, realitas sosial atau struktur ekonomi-politik. Yang kedua Reflecting, mengajukan pertanyaan mendasar untuk mencari akar persoalan : why is it happening. Mengajar murid untuk tidak berpikir sederhana tapi kritis dan reflektif. Yang ketiga adalah Acting, proses pencarian alternatif untuk memecahkan persoalan: what can be done to change the situation. Merupakan tahap praksis/aksi dari sebuah pemikiran akan pemecahan masalah.

Demikianlah sedikit penjelasan mengenai ideologi pendidikan kritis, harapannya bisa menjadi sebuah inspirasi mengenai pendidikan. Tentu saja setiap ideologi memliki kelebihan dan kekurangan masing – masing. Yang terpenting adalah bagaimana kita harus terus belajar dan memperbaiki. Karena ilmu tak akan berhenti sampai sini. Terimakasih.


Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Older Posts

About Me

Yoga Dewa

(Sociologist)

Focus on Community Development, Education, New Social Movement

Instagram: @Yogantarawa

Labels

  • CERPEN
  • MY ART
  • OPINI
  • Puisi
  • REKOMENDASI
  • TIPS AND TRICK

recent posts

Sponsor

Flag Counter

Blog Archive

  • ►  2023 (1)
    • ►  October (1)
  • ►  2020 (6)
    • ►  May (3)
    • ►  February (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2019 (22)
    • ►  December (1)
    • ►  September (6)
    • ►  August (4)
    • ►  June (1)
    • ►  May (1)
    • ►  March (3)
    • ►  February (5)
    • ►  January (1)
  • ►  2018 (4)
    • ►  December (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (1)
  • ►  2017 (16)
    • ►  November (1)
    • ►  October (4)
    • ►  September (1)
    • ►  July (2)
    • ►  May (5)
    • ►  February (1)
    • ►  January (2)
  • ▼  2016 (27)
    • ►  August (1)
    • ►  July (3)
    • ►  June (9)
    • ►  May (2)
    • ▼  April (2)
      • Sebuah Pemikiran: Pentingkah Ujian?
      • SOSIOLOGI PENDIDIKAN: Menilik Ideologi Pendidikan ...
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (5)
  • ►  2015 (8)
    • ►  December (7)
    • ►  October (1)
  • ►  2014 (11)
    • ►  August (2)
    • ►  July (4)
    • ►  June (5)

Created with by BeautyTemplates| Distributed By Gooyaabi Templates