RESENSI FILM: AMAZING GRACE
RESENSI FILM: AMAZING GRACE
Ringkasan:
Amazing
Grace adalah sebuah film tentang seorang politisi yang juga taat beragama bernama
William Wilberforce, dimana ia berusaha menghapus perdagangan budak bersama
teman – teman seperjuangannya. Wilber tinggal bersama sepupunya untuk menjalani
perawatan atas sakit parah yang dideritanya. Disana Ia malah dijodohkan dengan
serang wanita yang juga ternyata pengamat perdagangan buruh yang juga mengagumi
sosok Wilberforce. Ia bernama Barbara Spooner. Perjalanan Wilber dalam
menentang perdagangan budak dilalui sangat berat, meskipun begitu Ia tidak
sendiri karena banyak orang disekitar Dia yang juga mendukungnya.
Film ini berlatar belakang waktu di akhir abad
18, lebih dari 11 juta laki – laki atau perempuan baik anak – anak maupun
dewasa diambil dari afrika untuk menjadi budak di Hindia Barat dan koloni
Amerika. Inggris Raya merupakan negara super
power pada masa itu. Dan kerajaannya dibangun dengan tenaga para budak.
Keberadaan budak pada waktu itu hanya dianggap oleh beberapa orang saja. Hanya
sedikit yang menentang hal tersebut, termasuk Wilber dan kawan – kawannya yang
berusaha keras menentang itu.
Di awal film dibuka dengan adegan yang cukup menyentuh tentang kepedulian tokoh utama William Wilberforce seorang politis terhadap sesama. Ketika hari sangat gelap karena hujan yang begitu lebat, ada kereta kuda yang berhenti di tepi jalan yang berlumpur. Kuda yang ditumpangi oleh dua orang penumpang kereta kuda tersebut sedang tersungkur sedangkan pemiliknya terus memecuti kuda itu memaksanya untuk bangun dan segera menarik kereta kuda. William Wilberforce dengan kereta kudanya yang sedang melintas seketika berhenti dan memberikan nasehat kepada pemilik kuda itu untuk menghentikan dan menyuruh mengistirahatkan kudanya selama satu jam. Maka kuda itu akan kembali bekerja.
Selanjutnya
adegan beralih pada suasana debat di house
of commons pun terlihat bagaimana wilber sangat berjuang demi hilangnya
perbudakan. Namun usaha dia belumlah dapat diterima karena masih belum mendalam
mengenai kajian penghapusan perbudakan yang diajukan. Dibantu teman politiknya
Billy, dipertemukanlah dengan orang – orang yang dapat mempertajam bukti dan
orang – orang yang juga sama berjuang mengenai penghapusan perbudakan.
Diceritakanlah
fakta – fakta mengenai budak yang belum pernah Wilber ketahui. Ketika budak
meninggalkan Afrika, mereka terkunci dalam ruangan 4 kaki 18 inci. Tanpa
kebersihan, sangat sedikit makanan dan air genangan yang kotor dipenuhi darah
mereka harus menghadapinya selama 3 minggu perjalanan jika cuaca buruk. Suasana
begitu mencekam dalam kapal. Di dalam kapal yang bernama kapal Madagaskar itu mereka
dirantai kaki, tangan dan leher mereka sehingga mereka tidak akan bisa renang
waktu perjalanan.
Separuh dari buruh yang dikirim mati di perjalanan dan mereka dibuang untuk meringankan kapal. Rantai tersebut tidak akan dilepas sampai pelabuhan di Jamaika. Setelah itu mereka diberi cap ditubuh mereka dengan besi panas. Hal itu sebagai arti bahwa mereka sudah bukan milik Tuhan tapi milik manusia.
Separuh dari buruh yang dikirim mati di perjalanan dan mereka dibuang untuk meringankan kapal. Rantai tersebut tidak akan dilepas sampai pelabuhan di Jamaika. Setelah itu mereka diberi cap ditubuh mereka dengan besi panas. Hal itu sebagai arti bahwa mereka sudah bukan milik Tuhan tapi milik manusia.
Setelah
semua bukti terkumpul mengenai perbudakan yang begitu sangat merugikan martabat
manusia. Maka Wilber segera membawanya dalam dewan majelis untuk mendapatkan
dukungan dalam penghapusan perbudakan. Namun hasilnya banyak yang menentang
karena penghapusan perbudakan akan sangat merugikan perekonomian mereka dan
membuat Perancis akan menguasai Inggris. Karena Wilber dan pendukungnya masih
kalah dalam perdebatan panjang itu. Mereka mengerahkan seluruh anggota dan
anggota yang baru saja mendukung untuk menyebar keseluruh Inggris dan meminta
dukungan dengan membuat petisi.
Dalam
sidang Wilber menunjukan sekitar 390.000 orang menandatangani petisi tersebut.
Hal ini seharusnya telah membuat banyak orang percaya dan segera menghapuskan
perbudakan. Namun, salah satu anggota dari lawan meminta untuk petisi itu
diperiksa dulu dan ia setuju akan penghapusan perbudakan meskipun tidak bisa
cepat. Ia berpendapat bahwa harus ada tahap – tahapannya karena kapal akan
karam jika langsung dihantam badai yang artinya penghapusan perbudakan ditunda
dulu. Meskipun begitu Wilber tidak setuju, Ia bilang bahwa “apakah kesedihan di
afrika harus ditunda. Apakah kematian seseorang bisa ditunda?”.
Setelah
sidang tersebut mereka berusaha berjuang lagi dengan mempengaruhi banyak orang
mengenai revolusi tentang perbudakaan dengan menggunakan metode ceramah,
menulis buku, diskusi politik dan lain – lain. Namun hal tersebut terasa nihil
karena masih banyak yang tidak setuju akan penghapusan budak. Sampai pada
akhirnya mereka hampir menyerah dan mereka bercerai berai.
Dalam
cerita tersebut setelah Wilber memiliki istri dan punya anak. Wilber berusaha
kembali berjuang dengan mengumpulkan teman – temannya kembali. Sampai pada
akhirnya mereka berhasil berkumpul dan berdiskusi kembali dan membuat satu
strategi baru yaitu “Nasus Decipio” yang dalam bahasa Inggris berarti “We Cheat”.
Setelah dua tahun menjalankan strategi itu, teman dekat dan teman
seperjuangannya dalam menentang perbudakan dan yang telah menjadi perdana
menteri Billy meninggal. Akhirnya mereka berhasil menghapus perbudakan. Setelah
hasil pemungutan suara menyatakan 283 setuju dan 16 orang tidak setuju.
Kelebihan:
- - Diangkat dari kisah nyata tentang perdagangan budak
- - Banyak amanat yang bisa diambil dari film ini
- - Klimaks di akhir yang sangat inspiratif
- - Tema lagu Amazing Grace yang sesuai dengan tema film
Kekurangan:
- - Film ini sedikit membosankan karena suasana waktu tempo dulu dan dialog politik yang cukup berat mengenai perdagangan budak, namun bagi anda yang menyukainya mungkin tidak melihat ini menjadi kelemahan
Amanat:
Amanat
yang bisa diambil dari langkah tokoh utama Wilber dalam menentang perbudakan
adalah yang dikatakan oleh tokoh Charles Fox pada saat monolog akhir setelah
selesai putusan hasil sidang. “Ketika berbicara tentang orang besar banyak
orang akan memikirkan tentang napoleon, orang yang keras. Jarang mereka
memikirkan orang yang lembut. Tapi sambutan yang berbeda akan mereka terima
saat pulang ke rumah habis perang. Napoleon akan tiba dengan kemegahan dan
kekuasaan, seorang pria yang mencapai puncak ambisi duniawi. Namun mimpinya
akan dihantui oleh penindasan perang. William Wilberforce Akan kembali ke
keluarganya, meletakkan kepalanya diatas bantal dan mengingat perdagangan budak
sudah tidak ada lagi”.
Menjadi
seorang penggerak perubahan menjadi lebih baik tidak harus dengan cara – cara
kekerasan. Namun bisa dilakukan dengan cara yang sangat persuasif sehingga
hasilnya tidak destruktif. Perbudakan adalah sangat tidak manusiawi. Perubahan
mengenai perdagangan perbudakan juga harus dilakukan dengan cara – cara yang
manusiawi. Wilber memperjuangkan penghapusan perbudakan bukan hanya karena dia
seorang aktivis politik tapi juga melakukan perkerjaan Tuhan, yang artinya
bukan untuk duniawi tapi juga kehidupan setelah itu yaitu akhirat.
Disutradarai oleh: Michael Apted
Diproduksi oleh:
- Patricia Heaton
- David Hunt
- Terrence Malick
- Edward R. Pressman
- Ken Wales
Ditulis oleh: Steven Knight
Dibintangi oleh:
- Ioan Gruffudd
- Benedict Cumberbatch
- Romola Garai
- Albert Finney
Musik oleh: David Arnold
Sinematografi: Remi Adefarasin
Disunting oleh: Rick Shaine
Tanggal rilis:
- 16 September 2006 ( TIFF )
- 23 Februari 2007 ( US )
- 23 Maret 2007 ( UK )
Durasi Film: 118 menit
Anggaran: US $ 29.000.000
Box office: US $ 32.120.360
0 komentar