Anteposterior

(n) Tempat Dimana Dapat Berbagi Pikiran Dan Perasaan


            Bhineka Tunggal Ika merupakan semboyan yang sangat kuat mempengaruhi keberagamaan suku, ras, budaya dan agama di Indonesia. Sila pertama dalam pancasila Ketuhanan Yang Maha Esa juga salah satu Toleransi antar agama. Begitu kuatnya fondasi toleransi yang diciptakan pahlawan kita merupakah anugrah yang patut disyukuri dan diperjuangkan. Karena multikulturalisme juga menjadi ciri khas bangsa yang patut dibanggakan. 71 Tahun Indonesia merdeka, harusnya masyarakat telah sangat memahami keberagaman Indonesia.


            2016 menjadi tahun yang banyak diuji mengenai isu keberagaman. Isu mengai SARA memang selalu menjadi sasaran empuk untuk memecah belah masyarakat Indonesia. Entah kenapa hal ini bisa terjadi dalam masyarakat yang merdeka karena keberagaman.  Dan hidup damai selama 71 tahun dengan keberagaman. Konflik horizontal yang selalu terjadi dan mudah sekali terjadi. Seolah tak menjadi pelajaran bagi semua untuk saling memahami dan bersatu dalam kesatuan negara. Padahal akar konflik selalu berkaitan dengan kesalah pahaman. Kuatnya sikap etnosentrisme, primodalisme dan fundamentalisme yang mengalahkan sikap nasionalisme juga kerap menjadi faktornya.


           Era globalisasi membuat masyarakat kini seolah semakin dekat. Dengan kecanggihan teknologi yang semakin hari semakin meningkat, membuat komunikasi dan informasi kini semakin cepat. Dari hal tersebut, maka lahirlah dunia baru manuisa yaitu dunia maya. Semakin murahnya teknologi komunikasi sekarang ini juga membuat masyarakat mudah sekali masuk dalam dunia maya. Dan beberapa tempat untuk mengkakses dunia maya bisa melalui media sosial, blog, website dan lain – lain. . Berdasarkan data yang dihimpun We Are Social (2015) Jumlah pengguna internet di Indonesia sejumlah 88,1 Juta, 79 juta di antaranya merupakan pengguna media sosial. Artinya media sosial sekarang ini telah menjadi bagian hidup bagi setiap masyarakat Indonesia.


            Media sosial pun kini menjadi media bersuara bagi banyak orang, untuk mengungkapkan banyak hal terutama mengenai isu – isu terhangat. Banyak orang bebas berbicara di media sosial, mulai dari kritik, provokasi, ejekan, positif, negatif larut di dalamnya. Kebebasan tersebut membuat banyak pihak berupaya memanfaatkannya. Meskipun undang – undang ITE sudah berupaya mengkontrol hal tersebut. Saya sendiri masih sering menemukan banyak sekali hal – hal negatif  dalam komentar – komentar ataupun dalam postingan – postingan di Instagram.


          Miris melihat situasi dimana banyak sekali akun – akun media sosial yang abal – abal dan dengan sangat mudah memprovokasi banyak orang dengan berita – berita hoax. Artinya untuk meminimalisir ini, masyarakat Indonesia di Tahun 2017 dan seterusnya harus cerdas menyaring informasi di media sosial. Jangan mudah terpancing emosi sehingga membalas dengan hal – hal yang negatif juga. Media sosial perlu menjadi media untuk meningkatkan kebhinekaan Indonesia, bukan sebaliknya.


           Apalagi, mengingat konflik SARA biasanya memerlukan penanganan dan pemulihan yang lama maka kalkulasi risiko konflik harus dianalisis dengan tepat. Pemerintah selaku penyelenggara negara menyiapkan langkah-langkah pencegahan, persiapan, tanggap darurat, dan pemulihan, jika konflik tersebut terjadi dan tidak bisa dicegah (bdk: Prunckun 2010,2015).


          Solusi di tahun 2017 bagi pemerintah, perlu adanya tindakan tegas mengenai pelanggaran hukum tanpa pandang bulu. Tindakan tegas mengenai pelanggaran hukum akan meningkatkan kepercayaan masyarakat mengenai hukum. Penindakan tegas mengenai pelanggaran hukum pun kini juga arus direalisasikan dalam dunia maya. Karena dunia maya kini telah menjadi tempat baru bagi para pelanggar hukum.


           Para akademisi saya rasa perlu bersuara untuk membungkam pihak – pihak yang ingin merusak kebhinekaan Indonesia. Karena saya rasa apa yang diutarakan para pihak yang tidak bertanggung jawab di media sosial, tidak berdasarkan data ataupun fakta – fakta yang ada. Para akademisi pun perlu menangkal isu – isu hoax yang mampu menggoyahkan stabilitas negara.


              Bung Karno pernah mengatakan bahwa, perjuangan melawan penjajah lebih mudah daripada melawan bangsa sendiri. Kini Indonesia dihadapkan pada isu kebhinekaan yang dapat mengancap NKRI. Seluruh bangsa Indonesia perlu cerdas menghadapi era globalisasi ini. Dan tentu saja perlu menjujung tinggi semangat “Bhineka Tunggal Ika”.


Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

                Baru kali ini saya nulis hal yang sedikit pribadi. Saya rasa ini perlu ditulis, meskipun tidak layak untuk dibaca. Kali ini saya mau menjawab mengapa saya jarang nulis. Dan berhubungan dengan tahun baru, saya sedikit ingin cerita tentang tahun baru saya yang mungkin biasa – biasa saja bagi anda. FYI, kenapa saya jarang nulis akhir akhir ini, dikarenakan saya harus mengirim tulisan saya ke media dulu. Baru setelah tidak lolos saya masukan di blog. Dan banyak juga kegiatan – kegiatan yang membuat saya jarang menulis. Lagi pula juga mungkin nggk ada yang nungguin saya nulis wkwk.

            2017. Banyak orang bermimpi, banyak orang merenung, banyak orang meng-capture moment. Banyak orang beresolusi. At that night, malam tahun baru 2016-2017. Seperti malam tahun baru biasanya saya hanya di rumah karena untuk jalan – jalan keluar juga percuma. Selalu hujan dan macet dimana – mana. Keadaannya juga lagi tidak memungkinkan untuk bersenang – senang karena bapak di rumah sakit. Malam itu saya berada dalam kamar menatap atap sambil berfikir panjang (sok sokan filosofis). Bukan hanya tahun 2016, tapi keseluruhan hidup saya, saya coba renungkan.


ORGANISASI

            2016. Belajar bagaimana menjalankan banyak organisasi dalam satu tahun. Bayangkan saja saya terjebak di 4 organisasi sekaligus. Satu, organisasi pers setingkat fakultas yang ingin saya bangun karena organisasi tersebut barusan bangun dari kematiannya. Dan itu merupakan tantangan bagi saya. Lagi pula sebagai sosiolog saya perlu kemampuan membaca, menulis dan berbicara. Seperti kata Al-Faruqi untuk melakukan rekayasa sosial perlu membaca, menulis dan beretorika. Itulah kenapa saya mempertahankan organisasi tersebut.


            Kemudian organisasi kedua adalah organisasi eksekutif mahasiswa setingkat fakultas. Saya dimintai tolong kakak kelas saya untuk menjadi staffnya di bidang penelitian dan pembangunan. Karena ini peluang saya untuk belajar berorganisasi setingkat fakultas dan sejalur dengan jurusan saya maka saya ambilah tanggung jawab ini. Sebelumnnya sih pengen masuk yang setingkat universitas. Namun apa daya pendaftaran masih lama dan belum tentu juga diterima. Meskipun saya optimis lolos hehe. Ada kesempatan langsung close req kenapa tidak dicoba. Cukup 2 organisasi yang akan saya tekuni.


            Berjalannya waktu ketika diajak keluarga temen jalan – jalan ke malang, saya malah lebih memilih ikut musyawarah besar (mubes) organisasi yang selama ini saya sangat nyaman di dalamnya. Sebuah organsasi nirlaba setingkat universitas bergerak dibidang pendidikan. Sebuah organsisasi yang jarang banget ada cowoknya. Sebuah organsasi yang dulu saya pilih dengan mengorbankan UKM Paduan Suara Universitas yang bergengsi.

          

            Sungguh tiada hasrat atau dugaan. Pada waktu mubes saya terpilih sebagai penanggung jawab terbesar di organisasi tersebut. Ya, sebagai ketua. Banyak orang bilang bahwa mungkin saya terlalu serakah berorganisasi dan hanya ingin jabatan dll. Banyak orang juga merendahkan kemampuan saya. Tapi saya percaya Tuhan Maha Melihat. saya menjadi ketua bukan karena pilihan saya tapi karena pilihan teman – teman saya. Saya tidak ada pernah sedikit pun terbayang menjadi ketua. Dan buat orang – orang yang meremehkan saya, well mungkin ada benarnya, tapi kalian banyak salahnya hehe.  Tapi memang kata Darendolf, kepemimpinan dipilih bukan karena ciri – ciri psikologis tapi karena masyarakat yang ingin memilih.

            Organisasi keempat adalah organisasi setingkat universitas di bidang akademik prestasi. Saya bisa masuk karena tugas saya di organisasi kedua yang sebagai PJ PKM (Program Kreativitas Mahasiswa). Sungguh tiada disangka saya harus menanggung 4 tanggung jawab dimana IPK perlu saya perbaiki. Dan Puji Syukur saya dapat menjalankan ke empat empatnnya dengan lancar. Ya nggk semuanya lancar sih. Yang saya pelajari dari sini adalah saya perlu fokus terhadap tujuan saya. Harus tegas dalam memilih. Ke empat organsasi yang saya jalani sungguh merugikan banyak orang di satu sisi. Ada organsasi yang kurang diperhatikan. Meskipun saya mampu mengimbangi semuanya, saya rasa masih banyak pekerjaan saya yang terbagi kurang fokus kurang perhatian. Dan ini menjadi pelajaran sangat berharga bagi saya. Sebenarnya panjang sekali cerita bagaimana saya mampu bertahan di 4 organisasi tersebut. Tapi sepertinya saya ceritakan lain kali saja.


CALISMONG ( Baca, Tulis, Ngomong)

            2016 membuat saya banyak membaca buku, menulis dan berbicara sekarang. Alhamdulillah banyak ilmu tapi sungguh masih sangat kurang dan masih sangat jauh merasa bodoh. Banyak pertanyaan – pertanyaan muncul. Dari sejarah, agama, negara, politik, sosial, pendidikan dan mengenai hakekat jurusan saya sendiri. Apalagi tentang kehidupan. Sering membuat saya menyerah tapi juga membuat saya bangkit. Mungkin inilah masa muda. Masa mencari jati diri. Tapi di sisi lain, banyak anak muda yang sudah sukses. Tapi saya percaya jalan hidup orang berbeda – beda.


            Saya mulai menemukan beberapa dari diri saya, idealisme saya, ideologi saya. Saya mulai mempraktikan teori – teori sosiologi dan jalan hidup saya pada realita masyarakat sesungguhnya. Banyak sekali ujian dan tantangan, tentu. Tapi meskipun begitu calismong ini penting bagi saya dalam jalan yang saya anut sekarang. Membaca meskipun sulit mengerti, menulis meskipun sulit merangkai kata, berbicara meskipun kadang sungguh malu mengatakannya. Ini merupakan proses yang saya harus lalui dan kembangkan di 2017.


            Awalnya membuat putus asa memang, tapi perlahan hasil pun ada juga, mulai dari tulisan yang masuk media online. Lolos abstrak karya tulis ilmiah. Dan masih banyak lagi (haha pamer). Mulai percaya diri memberikan materi dan berbicara di depan umum. Dan banyak hal yang mungkin tidak terukur secara akademik tapi secara softskill banyak hal yang bisa di dapat.


KESIMPULAN (serius banget pakai kesimpulan)


            2016 menjadi tahun yang paling banyak mengembangkan potensi diri, terlebih mengembangkan altruisme diri. Meskipun bagi orang lain tidak terlalu penting dan mungkin tidak keren. Bagi saya perubahan saya yang sekarang ini sudah jauh luar biasa. Dan saya akan mengembangkan itu di tahun – tahun selajutnya. Di tahun 2017, saya akan lebih fokus ke akademik dan prestasi. Semoga tahun depan saya dapat menuliskan keberhasilan saya selama 2017.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Older Posts

About Me

Yoga Dewa

(Sociologist)

Focus on Community Development, Education, New Social Movement

Instagram: @Yogantarawa

Labels

  • CERPEN
  • MY ART
  • OPINI
  • Puisi
  • REKOMENDASI
  • TIPS AND TRICK

recent posts

Sponsor

Flag Counter

Blog Archive

  • ►  2023 (1)
    • ►  October (1)
  • ►  2020 (6)
    • ►  May (3)
    • ►  February (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2019 (22)
    • ►  December (1)
    • ►  September (6)
    • ►  August (4)
    • ►  June (1)
    • ►  May (1)
    • ►  March (3)
    • ►  February (5)
    • ►  January (1)
  • ►  2018 (4)
    • ►  December (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (1)
  • ▼  2017 (16)
    • ►  November (1)
    • ►  October (4)
    • ►  September (1)
    • ►  July (2)
    • ►  May (5)
    • ►  February (1)
    • ▼  January (2)
      • Tingkatkan Toleransi Di Dunia Maya
      • CERITA DIRI: AWAL 2017
  • ►  2016 (27)
    • ►  August (1)
    • ►  July (3)
    • ►  June (9)
    • ►  May (2)
    • ►  April (2)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (5)
  • ►  2015 (8)
    • ►  December (7)
    • ►  October (1)
  • ►  2014 (11)
    • ►  August (2)
    • ►  July (4)
    • ►  June (5)

Created with by BeautyTemplates| Distributed By Gooyaabi Templates