Tingkatkan Toleransi Di Dunia Maya

by - 19:06


            Bhineka Tunggal Ika merupakan semboyan yang sangat kuat mempengaruhi keberagamaan suku, ras, budaya dan agama di Indonesia. Sila pertama dalam pancasila Ketuhanan Yang Maha Esa juga salah satu Toleransi antar agama. Begitu kuatnya fondasi toleransi yang diciptakan pahlawan kita merupakah anugrah yang patut disyukuri dan diperjuangkan. Karena multikulturalisme juga menjadi ciri khas bangsa yang patut dibanggakan. 71 Tahun Indonesia merdeka, harusnya masyarakat telah sangat memahami keberagaman Indonesia.



            2016 menjadi tahun yang banyak diuji mengenai isu keberagaman. Isu mengai SARA memang selalu menjadi sasaran empuk untuk memecah belah masyarakat Indonesia. Entah kenapa hal ini bisa terjadi dalam masyarakat yang merdeka karena keberagaman.  Dan hidup damai selama 71 tahun dengan keberagaman. Konflik horizontal yang selalu terjadi dan mudah sekali terjadi. Seolah tak menjadi pelajaran bagi semua untuk saling memahami dan bersatu dalam kesatuan negara. Padahal akar konflik selalu berkaitan dengan kesalah pahaman. Kuatnya sikap etnosentrisme, primodalisme dan fundamentalisme yang mengalahkan sikap nasionalisme juga kerap menjadi faktornya.


           Era globalisasi membuat masyarakat kini seolah semakin dekat. Dengan kecanggihan teknologi yang semakin hari semakin meningkat, membuat komunikasi dan informasi kini semakin cepat. Dari hal tersebut, maka lahirlah dunia baru manuisa yaitu dunia maya. Semakin murahnya teknologi komunikasi sekarang ini juga membuat masyarakat mudah sekali masuk dalam dunia maya. Dan beberapa tempat untuk mengkakses dunia maya bisa melalui media sosial, blog, website dan lain – lain. . Berdasarkan data yang dihimpun We Are Social (2015) Jumlah pengguna internet di Indonesia sejumlah 88,1 Juta, 79 juta di antaranya merupakan pengguna media sosial. Artinya media sosial sekarang ini telah menjadi bagian hidup bagi setiap masyarakat Indonesia.


            Media sosial pun kini menjadi media bersuara bagi banyak orang, untuk mengungkapkan banyak hal terutama mengenai isu – isu terhangat. Banyak orang bebas berbicara di media sosial, mulai dari kritik, provokasi, ejekan, positif, negatif larut di dalamnya. Kebebasan tersebut membuat banyak pihak berupaya memanfaatkannya. Meskipun undang – undang ITE sudah berupaya mengkontrol hal tersebut. Saya sendiri masih sering menemukan banyak sekali hal – hal negatif  dalam komentar – komentar ataupun dalam postingan – postingan di Instagram.


          Miris melihat situasi dimana banyak sekali akun – akun media sosial yang abal – abal dan dengan sangat mudah memprovokasi banyak orang dengan berita – berita hoax. Artinya untuk meminimalisir ini, masyarakat Indonesia di Tahun 2017 dan seterusnya harus cerdas menyaring informasi di media sosial. Jangan mudah terpancing emosi sehingga membalas dengan hal – hal yang negatif juga. Media sosial perlu menjadi media untuk meningkatkan kebhinekaan Indonesia, bukan sebaliknya.


           Apalagi, mengingat konflik SARA biasanya memerlukan penanganan dan pemulihan yang lama maka kalkulasi risiko konflik harus dianalisis dengan tepat. Pemerintah selaku penyelenggara negara menyiapkan langkah-langkah pencegahan, persiapan, tanggap darurat, dan pemulihan, jika konflik tersebut terjadi dan tidak bisa dicegah (bdk: Prunckun 2010,2015).


          Solusi di tahun 2017 bagi pemerintah, perlu adanya tindakan tegas mengenai pelanggaran hukum tanpa pandang bulu. Tindakan tegas mengenai pelanggaran hukum akan meningkatkan kepercayaan masyarakat mengenai hukum. Penindakan tegas mengenai pelanggaran hukum pun kini juga arus direalisasikan dalam dunia maya. Karena dunia maya kini telah menjadi tempat baru bagi para pelanggar hukum.


           Para akademisi saya rasa perlu bersuara untuk membungkam pihak – pihak yang ingin merusak kebhinekaan Indonesia. Karena saya rasa apa yang diutarakan para pihak yang tidak bertanggung jawab di media sosial, tidak berdasarkan data ataupun fakta – fakta yang ada. Para akademisi pun perlu menangkal isu – isu hoax yang mampu menggoyahkan stabilitas negara.


              Bung Karno pernah mengatakan bahwa, perjuangan melawan penjajah lebih mudah daripada melawan bangsa sendiri. Kini Indonesia dihadapkan pada isu kebhinekaan yang dapat mengancap NKRI. Seluruh bangsa Indonesia perlu cerdas menghadapi era globalisasi ini. Dan tentu saja perlu menjujung tinggi semangat “Bhineka Tunggal Ika”.


You May Also Like

0 komentar