Belajar Pentingnya Teknologi Dari Pandemi

by - 09:33

Gambar dari Google

Pandemi memaksa seluruh orang untuk melakukan aktivitas di dalam rumah. Begitu pula kegiatan belajar dari rumah atau study from home yang merupakan kebijakan efektif guna mengurangi penyebaran wabah Covid-19 di Indonesia. Namun, bagi sebagian orang hal tersebut merepotkan, karena kurangnya fasilitas dan banyaknya gangguan yang ada. Hal ini dirasakan oleh berbagai pelajar di Indonesia, mereka mengeluh mengenai kurangnya media teknologi yang memadai dan belum adanya bantuan untuk menyelesaikan masalah kegiatan belajar via daring. Kegiatan tersebut juga dirasakan oleh sebagian orang tua yang kurang paham dalam mengoperasikan teknologi. Seperti bagaimana mengaktifkan akun di sebuah aplikasi pembelajaran atau bahkan hal kecil seperti bagaimana mengirim laporan berupa foto kepada guru yang mengajarkan anaknya.
Realitas tersebut menunjukkan bahwa pendidikan kita belum siap menerima manfaat positif dari teknologi. Padahal ke depan teknologi akan semakin dibutuhkan pada setiap kegiatan, baik yang mendesak maupun yang tidak mendesak. Selain itu, teknologi akan semakin maju. Pertanyaannya, siapkah kita untuk mengikuti perkembangan teknologi? Menghitung bahwa banyak sekali pelajar di Indonesia yang mengalami keterbatasan akses teknologi di daerahnya, serta adanya stigma masyarakat yang menganggap teknologi selalu memberikan dampak negatif bagi siapapun yang menggunakannya.
Setidaknya ada dua permasalahan besar yang menghambat perkembangan teknologi di Indonesia yaitu kultur dan fasilitas. Pertama terkait kultur, banyak orang tua generasi baby boomers (55-73 tahun) yang memiliki stigma negatif terhadap pendidikan. Selain itu mereka juga dapat dikatakan gagap teknologi. Hal tersebut terjadi karena mereka malas belajar dan sulit terbuka pada hal baru termasuk teknologi. Ada satu hal lagi yang membuat orang tua tidak terlalu terbuka, yaitu melihat anak yang kecanduan gawai dan terus-terusan bermain game online. Biasanya orang tua yang melihat realitas tersebut langsung menyalahkan bendanya bukan subjeknya, padahal gawai adalah materi yang dapat berfungsi ketika ada yang menggunakannya. Penilaian negatif dari realitas tersebut kemudian menjadi cap yang digunakan untuk menilai hal lain. Akhirnya, banyak orang tua yang melarang anaknya menggunakan gawai atau bermain internet. Dampaknya anak menjadi kesusahan dan orang tua pun ikut kewalahan.
Bukan hanya orang tua, beberapa guru atau pihak sekolah juga biasanya memiliki stigma yang sama terkait dengan teknologi. Masih banyak guru yang menggunakan cara lama dalam mengajar, ketimbang memanfaatkan teknologi terkini dalam pengajaran. Inisiatif untuk meningkatkan keahlian dan kebijaksanaan siswa dalam menggunakan teknologi pun terbentur oleh stigma negatif terhadap teknologi. Stigma negatif tersebut kemudian berpengaruh pada pengadaan fasilitas, banyak siswa yang tidak diberikan hak untuk belajar menggunakan gawai, laptop, dan internet. Dampaknya saat masa pandemi ini, pendidikan seperti tidak memiliki arah yang jelas.
Ketika masa pandemi, guru dipaksa untuk mengikuti keadaan dan memberikan materi dari rumah. Namun dalam realitasnya, pemahaman belajar dari rumah oleh guru masih kurang tepat. Sebagian guru memaknai belajar dari rumah hanya memindahkan sekolah ke rumah. Padahal konteks belajar antara sekolah dan rumah berbeda jauh. Jika persiapan tidak matang dan hanya mengandalkan materi yang diajarkan tanpa metode khusus, maka yang terjadi adalah kurangnya pemahaman dan kegiatan belajar mengajar menjadi chaos.
Orang tua dan guru seharusnya sadar untuk terus mengontrol aktivitas anak dalam penggunaan teknologi, bukan hanya melarang dan memberikan stigma pada gawai sebagai benda yang berdampak negatif. Jika orang tua dan guru mampu melihat sisi positif dari adanya teknologi, maka anak dapat beradaptasi dan berkembang baik secara pemikiran dan perilaku. Disitulah sebenarnya peran orang tua dalam perkembangan anak dan guru dalam pembelajaran di sekolah. Maka dari itu kerjasama antar pihak merupakan hal yang paling penting untuk dilakukan.
Peran pemerintah menjadi penting dalam membuat kebijakan yang mendukung anak untuk menguasai teknologi. Pemerintah harus segera membuat rencana jangka panjang yang berkelanjutan, serta terbuka terhadap apapun. Selain itu pemerataan fasilitas teknologi pembelajaran kepada seluruh pelajar di Indonesia juga penting. Jadi fasilitas bukan hanya berpusat pada kota, tapi juga di daerah-daerah. Banyak daerah yang belum memiliki fasilitas dasar hidup misalnya listrik. Penyamarataan hak pendidikan perlu segera dituntaskan agar upaya meningkatkan kualitas jauh lebih mudah.
Perubahan kultur dalam melihat teknologi juga perlu dilakukan oleh orang tua dan guru. Orang tua harus mampu berperan aktif untuk menghadapi hal tersebut, bukan lagi memberikan stigma pemalas kepada anak ketika bermain gawai, tetapi berusaha untuk bersahabat dan melihat hal positif dari apa yang dilakukan anak. Peran aktif guru atau pengajar juga harus diperhatikan, mengingat guru adalah garda terdepan dalam pendidikan. Tugas guru bisa jadi merupakan tugas yang berat, karena harus memahami siswa dengan baik, menggunakan metode yang sesuai dengan konteks, dan memberikan materi tanpa harus menggunakan metode DDCH (duduk, dengar, catat, dan hafal). Dalam hal ini, guru mau tidak mau harus mempelajari dan mengoperasikan teknologi demi kelancaran pembelajaran. Guru pun dituntut harus kreatif, semisal melakukan pembelajaran dengan observasi, kemampuan analisa tulisan, mengasah kreativitas lewat seni digital, pemberian projek kecil mengenai lingkungan dari rumah, atau pembelajaran lain tanpa harus keluar rumah dan tatap muka dengan guru yang bersangkutan.
Saat ini, kita tidak bisa menghentikan cepatnya perkembangan teknologi. Teknologi akan selalu berkembang sesuai dengan kebutuhan manusia yang semakin kompleks. Hal yang dapat kita lakukan adalah mengikuti perkembangan. Dari pandemi ini, seharusnya aktor-aktor dalam pendidikan sadar bahwa ke depan teknologi akan sangat dibutuhkan. Kewajiban pemerintah, guru, dan orang tua adalah memenuhi hak anak untuk bisa mengikuti perkembangan teknologi tersebut. Karena fungsi pendidikan adalah mempersiapkan murid agar mampu beradaptasi dengan lingkungan. Memiliki kemampuan yang tinggi  dalam memanfaatkan teknologi yang ada adalah hal yang berguna untuk perubahan diri menjadi lebih baik dan melakukan hal yang bermanfaat untuk manusia di sekitarnya.
Penulis: Nadya Aristyawati dan Oktavimega Yoga Guntaradewa

You May Also Like

1 komentar

  1. Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
    Dalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
    Yang Ada :
    TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
    Sekedar Nonton Bola ,
    Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
    Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
    Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
    Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
    Website Online 24Jam/Setiap Hariny

    ReplyDelete