Sebuah Opini: Ketidakadilan Sistem Pendidikan Indonesia
“Dunia ini sudah tidak adil maka biasakanlah” –
Patrick Star
Kalimat yang menarik dan sangat
dalam, yang diucapkan oleh tokoh yang di cap “bodoh” dalam film kartun
sponsbob. Ya, itulah kalimat yang menghibur saya dan mungkin juga banyak orang
yang merasa selalu hidup dalam ketidakadilan.
Secara filosofis memang, sesungguhnya
semuanya sudah memiliki takarannya masing-masing. Semua wajib disyukuri, karena
Tuhan maha adil. Namun jkata ketidakadilan yang saya gunakan dalam tulisan ini
merupakan upaya kritis dalam menjelaskan bagaimana system pendidikan Indonesia
saat ini yang masih belum terselesaikan masalahnya. Tentu di akhir, saya akan
coba berikan langkah solutif terkait permasalahan yang saya bahas kali ini.
Sistem Ujian, ya setiap murid yang
pintar di Indonesia selalu merasa pernah memberikan contekan pada teman yang
ternyata nilainya lebih bagus daripada yang memberi contekan. Atau banyak yang
belajar sungguh-sungguh tapi ada temannya yang santai-santai tinggal mencontek.
Lemahnya sistem pengawasan yang ada membuat murid semakin mudah melakukan
contek-mencotek. Bahkan, untuk ujian akhir pun dulu murid bahkan sampai
mempersiapkan matang-matang untuk melakukan contekan waktu ujian. Ngeri nggk
nih, secara nilai dan norma udah melanggar tapi semua merasa itu wajar dan
akhirnya dibiarkan.
Sistem Absen, mungkin kebobrokan
sistem absen ini lebih banyak dirasakan di sistem absen perkuliahan
dibandingkan sekolah. Sistem absen di sekolah mungkin banyak yang sudah
menggunakan finger print. Dalam
absensi mahasiswa, dengan sangat mudah absen bisa dicurangi. Banyak mahasiswa
yang bahkan tidak pernah masuk perkuliahan dan titip absen temannya. Dan
parahnya mereka mendapatkan nilai yang sama. Yah mungkin mahasisawa sudah
benar-benar dilepas karena sebenarnya curang atau tidak itu pilihan hidup
mereka. Tapi ayolah, lembaga pendidikan bukannya mendidik? Jika saat mahasiswa
saja sudah menipu banyak orang, bagaimana saat menjadi bupati, walikota,
gubernur, pns, presiden dll. Saya kira sistem absen perlu dibenahi.
Sistem Kelulusan, ya kita tau
bagaiamana pemerintah menstandartkan kelulusan untuk seluruh sekolah yang ada
di Indonesia meskipun berbeda fasilitas dan tenaga guru yang ada. Ini memang
sepertinya pemerintah sudah mulai memperbaiki dengan memberikan perbedaan
standart di setiap daerah dan semakin menggali potensi siswa dengan menggunakan
ujian esai. Namun, untuk beberapa kelulusan di setiap sekolah kadang terlalu
memaksa, masih banyak nilai yang dikatrol, banyak yang terpaksa dinaikan dan
akhirnya murid kelabakan setelah lulus.
Saya jadi ingat, saya pernah
mendengar cerita seorang guru yang bertanya pada orang tua tentang anaknya yang
belum bisa membaca apakah harus dinaikkan atau enggak. Dan sang orang tua
mengatakan tidak usah dinaikan pak, biar tidak lulus dulu dan bisa baca dulu.
Biar nanti tidak kesusahan di kelas berikutnya. Sebuah keputusan yang sangat
bijak menruut saya dan ini juga harusnya menjadi contoh atau panutan dalm dunia
pendidikan agar tidak “memaksa” siswa untuk naik.
Sistem pemberian Nilai, saya sering
merasa ketidakadilan nilai pada saat perkuliahan. Dengan jumlah mahasiswa yang
segitu banyak, Dosen kesulitan memberikan nilai yang mendekati akurat pada
kemampuan mahasiswa yang sebenarnya. Jadi saya kira ini juga perlu dibenahi
karena banyak mahasiswa dirugikan. Memang nilai bukanlah yang utama, tapi saya
kira juga penting sebagai ukuran kemampuan yang meskipun juga tidak akan secara
tepat mengukur tapi setidaknya mendekati bukan jauh.
Kita semua sudah semakin kehilangan
hakikat pendidikan, kita sudah seperti robot yang dicetak untuk menjadi
buruh-buruh kapitalis. Pendidikan dijadikan sebagai industri memeras pendidik
dan yang terdidik. Saya kira banyak sekali yang perlu dibenahi dari ketidakadilan
sistem yang ada. Misalnya saja untuk sistem ujian sebenarnya sepele, banyak
pengawas yang tidak serius dalam menjaga ujian. Sistem absen yang perlu
diperbarui dengan kecangihan teknologi dan habituasi tentang nilai dan moral
saya kira perlu untuk meningkatkan integritas. Sistem pemberian nilai yang adil dengan jumlah
peserta didik yang tidak banyak sehingga pengajar intens dengan peserta didik.
Saya kira banyak sekali solusi yang bisa dikembangkan karena banyak sekali cara,
kita yang yang tidak mau berusaha membongkar kebiasaan buruk dan menindak
lanjuti kecurangan atau ketidakadilan itu.
0 komentar