CERPEN CINTA : MAAF AKU JAHAT PADAMU
Cerpen ini pernah saya kirim buat lomba. Dan katanya sih dimuat hehe. It's just for sharing and inspiring.
MAAF AKU JAHAT PADAMU
Gemerlapan
lampu berwarna - warni yang sangat indah telah memenuhi setiap sudut mataku.
Keramaian yang bahagia di malam hari membuat aku bersama kedua temanku tak
lelah menulusuri festival tahunan kota Jakarta. Ini sebuah kebebasan yang
bernilai bagiku. Namun sepertinya bukan hanya aku yang menikmati kebebasan itu.
Dari kejauhan aku melihat pemuda yang sedang mabuk dan marah – marah kepada
tiang listrik yang berdiri di pinggir jalan.
Kebanyakan
orang yang melihatnya tertawa menyindir dan membiarkannya, termasuk kedua
temanku. aku merasa kasihan padanya dan berjalan mengampirinya dengan membawa 1
botol air putih. Dari belakang kusiram
air itu ke kepalanya dan seketika itu dia terdiam. Dia berbalik kepadaku dan
menatap tajam padaku. Aku tersenyum sebentar lalu bergegas pergi
meninggalkannya dengan rasa takut. Saat berjalan menuju kedua temanku, tiba –
tiba tanganku digenggam oleh tangan yang basah seakan menahanku dan memintaku
berbalik badan. Dengan sangat gugup aku berbalik badan dan hanya bisa menunduk
melihat badannya yang basah. “terimakasih, namaku Yoda” sambil mengajak berjabat
tangan aku membalas “sama - sama, namaku Asti”. Tak sempat aku berbicara, kedua
temanku segera menarikku pergi menjahui Yoda.
Paginya
aku dikejutkan dengan kabar bahwa ada seorang murid baru yang keren. Aku jadi
penasaran dan segera bergegas menuju tempat latihan. Aku sangat terkejut karena murid baru itu
ternyata Yoda, pemuda mabuk yang aku temui kemarin malam. Dan sepertinya dia
juga terkejut melihatku.
Setelah
satu tahun Yoda berlatih di akademi bulu tangkis, dia sangat cepat berkembang.
Dia bisa mengimbangiku yang sudah 3 tahun di akademi. Sekarang dia menjadi
partnerku dalam bulu tangkis. Kami disatukan dalam satu tim ganda campuran.
Setiap hari aku bersamanya. Berlatih, bermain, belajar. Karena semakin dekatnya
kami, keterikatan batin pun juga dapat kami rasakan. Meskipun pertengkaran,
perdebatan dan tantangan sering terjadi. Namun hal itulah yang membuat kami
selalu memenangkan pertandingan hingga karir kami terus memuncak.
Setelah
berjalan satu tahun aku dan Yoda bersama berlatih di akademi. Ada 3 anak baru
dari akademi di luar kota jakarta yang dapat beasiswa untuk berlatih di akademi.
Di antara 3 anak baru itu yang paling aku kagumi adalah Aditya. Dia sangat lucu
jika berbicara, logat Jawa Timurnya yang masih sangat kental melekat membuatku
selalu tertawa. Namun, dibalik lucunya saat dia bicara, saat di lapangan dia
sangat handal memainkan raket. Dia pemain single yang handal, tak heran
karirnya di akademi sangat cepat naik.
Hening yang mencengkam ditambah suara
seseorang yang sedang latihan di malam hari, membuatku ingin mengurungkan
niatku untuk masuk ke aula lapangan. Karena aku sangat ingin menelfon orang tuaku,
maka aku kuatkan keberanianku dan mulai memasuki aula lapangan untuk mengambil
hpku yang tertinggal. Aku membuka pintu sedikit, dengan pelan – pelan aku
mencoba mengintip siapa yang ada didalam. Sedikit terkejut dan heran kenapa Aditya
masih berlatih sampai malam begini. Sambil berjalan pelan menuju Aditya aku
mengajaknya mengobrol. “Dit kenapa kamu masih latihan disini? kamu tidak
tidur?”. “Enggak Askia, aku masih ingin latihan”. Sambil tersenyum dan
menghentikan latihannya dia menjawab. Semakin heran aku lalu bertanya “kenapa
kamu begitu keras latihan?”. “Keadaan yang membuatku begini As, aku harus
menang juara nasional tahun ini untuk mengubah keadaanku” sambil tersenyum dia
menjelaskan.
Di
malam yang hening itu kami saling berbagi cerita kehidupan kami. Aku menceritakan
bagaimana bebanku sebagai anak yang sangat diharapkan keluargaku untuk sama
seperti ayahku. Juara nasional. Dan dia menceritakan bagaimana bebannya sebagai
anak pertama dari keluarga petani yang harus sukses bermain bulu tangkis di
Jakarta. Romantisme pada malam itu membuat perasaanku ke Aditya semakin menjadi
– jadi.
Kebahagiaanku
pada malam itu langsung kuceritakan kepada Yoda paginya. Entah kenapa Yoda
berubah menjadi tak seperti biasanya. Biasanya dia senang jika aku menceritakan
kebahagianku padanya. Namun kali ini dia langsung pergi dengan ekspresi wajah
yang buruk setelah aku selesai cerita. Hal itu membuatku bingung. Ditambah,
semakin hari kelakuan Yoda semakin aneh padaku dan pada Aditya. dan hal itu
membuat permainanku dengan Yoda juga terganggu. Kami sering kalah dalam
latihan. Sehingga Aku tidak bisa lagi satu tim dengan Yoda lagi. Daripada
berkepanjangan, aku mengajak Yoda untuk keluar dan mendengarkan penjelasannya.
Hujan
gerimis membuat malam semakin dingin seperti suasanaku dengan Yoda yang juga semakin dingin. Kami pergi ke kafe dekat
akademi. Dengan gugup setelah saling berdiam diri, aku memulai pembicaraan.
“Yoda.. kamu kenapa akhir – akhir ini jadi seperti ini?”. Satu menit terdiam
dan Yoda tiba – tiba menjawab “Cinta... Aku mencintaimu...Asti”. “Dari awal
kita bertemu... pada malam itu”. Aku terdiam kaget dan tak bisa bicara
mendengarnya.
“Pada
waktu itu aku depresi berat karena seharusnya aku mengikuti lomba karate
internasional, tapi aku malah dimasukan ke akademi bulu tangkis oleh orang tuaku.
Aku harus jadi pewaris perusahaan raket yang didirikan oleh ayahku. Oleh karena
itu, badanku tidak boleh terluka dan aku
harus tau banyak juga tentang bulu tangkis. Aku sangat sedih pada waktu itu,
aku seperti api yang sedang membakar apa yang ada disekitarnya. Tapi kamu...
Kamu datang membawa air dan mendinginkan tubuhku. Senyumanmu juga mampu
mendinginkan hatiku. Apalagi saat aku tau kamu satu akademi dan kita satu tim,
aku semakin yakin jika kita adalah pasangan yang ditakdirkan oleh Tuhan”. “Jadi
gimana Asti? Kamu terima cintaku atau tidak Asti?”. Dengan sangat gugup aku langsung menjawab
tidak. Perasaanku sangat campur aduk, aku tidak mencintainya lebih dari
sahabat. Dia sudah seperti kakakku sendiri. Jawaban dariku adalah kata terakhir
yang kuucapkan padanya. Aku langsung pulang ke akademi meninggalkan Yoda sendiri di kafe.
Di
akademi, aku menyibukkan diriku mengejar Aditya dan berusaha menjauhi Yoda.
Sehingga setelah seminggu kejadian itu, aku baru sadar jika Yoda telah pergi
dari akademi 5 hari yang lalu. Aku sangat sedih. Tapi Aku harus tetap meraih
mimpi dan mengejar Aditya.
Sudah 3
tahun tak mendengar kabar dari Yoda, akupun berusaha mencari informasi dari
Yoda dengan kerumah orang tuanya. Perasaanku bercampur aduk antara kangen dan
canggung karena tidak bertemu sahabat lama. Ketika aku bertemu ibunya dan memperkenalkan
diri, Ibunya sambil menahan tangisan yang ada di matanya berusaha menunutunku
masuk ke kamar Yoda. Beliau memberikan surat yang diambil di dalam lemari Yoda
dan memintaku untuk membacanya.
“Hai Asti
Dewi Pratama, kutuliskan surat ini karena aku tak bisa lagi mengutarakan
perasaanku secara langsung. Ada yang harus kamu tau tentang perasaanku ke kamu.
Kamu tau tidak kenapa dulu aku masih bertahan di akademi?. Kamu tau tidak
kenapa aku selalu tampak bahagia? Kamu tau tidak kenapa aku selalu berusaha korbankan
diriku buat kamu?. Karena Aku mencintaimu. Iya mencitaimu. Atau mugkin lebih.
Sebenarnya aku ingin sekali mengutarakannya dari dulu. Tapi aku takut. Pada
waktu di kafe itu, aku Berusaha mengumpulkan keberanianku untuk mengutarakan
cintaku padamu karena aku tidak mau kehilanganmu. Ternyata memang sudah kuduga,
kamu menganggapku seperti kakakmu sendiri. Cintamu ke aku hanya sebatas
sahabat, tidak lebih. Meskipun begitu, aku tidak akan pernah membencimu.
Mungkin cinta memang tidak harus berbalas.
Karena cinta memang tidak bisa dipaksa. Semoga kamu bahagia dengan pilihanmu.
Aku akan selalu mendoakanmu dari jauh. Terimakasih dan maaf. Dari seseorang
yang mencitaimu jauh”.
Air
mataku mengalir deras membaca surat dari Yoda. Hatiku gemetar ketika membaca
setiap kata dari surat itu. Aku berfikir kenapa aku begitu jahat. Tapi aku juga
tidak bisa membantu apa – apa. Aku mencintai dia sebagai sahabat, tidak lebih.
Kupenjamkan mataku dan terus menangis tersedu – sedu sambil memeluk surat dari
Yoda. Aku segera bertanya dimana dia, namun ibu Yoda hanya bisa diam. Aku
bertanya lagi sampai yang kelima kali ibunya Yoda menjawab. “Yoda sudah tenang
di alam sana. Di Dunia dia sakit – sakitan karena depresi berat kehilangan
kamu”.Air mataku bertambah deras seketika setelah mendengar ucapan Ibunya Yoda.
Badanku terasa lemas, perasaanku benar – benar kacau dan penyesalan menjadi
kata perbincangan dalam pikiranku.
IG: YOGANTARAWA
0 komentar