CERPEN CINTA : MAAF AKU JAHAT PADAMU

by - 19:22

Cerpen ini pernah saya kirim buat lomba. Dan katanya sih dimuat hehe. It's just for sharing and inspiring.



MAAF AKU JAHAT PADAMU

Gemerlapan lampu berwarna - warni yang sangat indah telah memenuhi setiap sudut mataku. Keramaian yang bahagia di malam hari membuat aku bersama kedua temanku tak lelah menulusuri festival tahunan kota Jakarta. Ini sebuah kebebasan yang bernilai bagiku. Namun sepertinya bukan hanya aku yang menikmati kebebasan itu. Dari kejauhan aku melihat pemuda yang sedang mabuk dan marah – marah kepada tiang listrik yang berdiri di pinggir jalan.

Kebanyakan orang yang melihatnya tertawa menyindir dan membiarkannya, termasuk kedua temanku. aku merasa kasihan padanya dan berjalan mengampirinya dengan membawa 1 botol air putih.  Dari belakang kusiram air itu ke kepalanya dan seketika itu dia terdiam. Dia berbalik kepadaku dan menatap tajam padaku. Aku tersenyum sebentar lalu bergegas pergi meninggalkannya dengan rasa takut. Saat berjalan menuju kedua temanku, tiba – tiba tanganku digenggam oleh tangan yang basah seakan menahanku dan memintaku berbalik badan. Dengan sangat gugup aku berbalik badan dan hanya bisa menunduk melihat badannya yang basah. “terimakasih, namaku Yoda” sambil mengajak berjabat tangan aku membalas “sama - sama, namaku Asti”. Tak sempat aku berbicara, kedua temanku segera menarikku pergi menjahui Yoda.  

Paginya aku dikejutkan dengan kabar bahwa ada seorang murid baru yang keren. Aku jadi penasaran dan segera bergegas menuju tempat latihan.  Aku sangat terkejut karena murid baru itu ternyata Yoda, pemuda mabuk yang aku temui kemarin malam. Dan sepertinya dia juga terkejut melihatku.

Setelah satu tahun Yoda berlatih di akademi bulu tangkis, dia sangat cepat berkembang. Dia bisa mengimbangiku yang sudah 3 tahun di akademi. Sekarang dia menjadi partnerku dalam bulu tangkis. Kami disatukan dalam satu tim ganda campuran. Setiap hari aku bersamanya. Berlatih, bermain, belajar. Karena semakin dekatnya kami, keterikatan batin pun juga dapat kami rasakan. Meskipun pertengkaran, perdebatan dan tantangan sering terjadi. Namun hal itulah yang membuat kami selalu memenangkan pertandingan hingga karir kami terus memuncak.

Setelah berjalan satu tahun aku dan Yoda bersama berlatih di akademi. Ada 3 anak baru dari akademi di luar kota jakarta yang dapat beasiswa untuk berlatih di akademi. Di antara 3 anak baru itu yang paling aku kagumi adalah Aditya. Dia sangat lucu jika berbicara, logat Jawa Timurnya yang masih sangat kental melekat membuatku selalu tertawa. Namun, dibalik lucunya saat dia bicara, saat di lapangan dia sangat handal memainkan raket. Dia pemain single yang handal, tak heran karirnya di akademi sangat cepat naik.

       Hening yang mencengkam ditambah suara seseorang yang sedang latihan di malam hari, membuatku ingin mengurungkan niatku untuk masuk ke aula lapangan. Karena aku sangat ingin menelfon orang tuaku, maka aku kuatkan keberanianku dan mulai memasuki aula lapangan untuk mengambil hpku yang tertinggal. Aku membuka pintu sedikit, dengan pelan – pelan aku mencoba mengintip siapa yang ada didalam. Sedikit terkejut dan heran kenapa Aditya masih berlatih sampai malam begini. Sambil berjalan pelan menuju Aditya aku mengajaknya mengobrol. “Dit kenapa kamu masih latihan disini? kamu tidak tidur?”. “Enggak Askia, aku masih ingin latihan”. Sambil tersenyum dan menghentikan latihannya dia menjawab. Semakin heran aku lalu bertanya “kenapa kamu begitu keras latihan?”. “Keadaan yang membuatku begini As, aku harus menang juara nasional tahun ini untuk mengubah keadaanku” sambil tersenyum dia menjelaskan.

            Di malam yang hening itu kami saling berbagi cerita kehidupan kami. Aku menceritakan bagaimana bebanku sebagai anak yang sangat diharapkan keluargaku untuk sama seperti ayahku. Juara nasional. Dan dia menceritakan bagaimana bebannya sebagai anak pertama dari keluarga petani yang harus sukses bermain bulu tangkis di Jakarta. Romantisme pada malam itu membuat perasaanku ke Aditya semakin menjadi – jadi.

            Kebahagiaanku pada malam itu langsung kuceritakan kepada Yoda paginya. Entah kenapa Yoda berubah menjadi tak seperti biasanya. Biasanya dia senang jika aku menceritakan kebahagianku padanya. Namun kali ini dia langsung pergi dengan ekspresi wajah yang buruk setelah aku selesai cerita. Hal itu membuatku bingung. Ditambah, semakin hari kelakuan Yoda semakin aneh padaku dan pada Aditya. dan hal itu membuat permainanku dengan Yoda juga terganggu. Kami sering kalah dalam latihan. Sehingga Aku tidak bisa lagi satu tim dengan Yoda lagi. Daripada berkepanjangan, aku mengajak Yoda untuk keluar dan mendengarkan penjelasannya.

            Hujan gerimis membuat malam semakin dingin seperti suasanaku dengan Yoda yang  juga semakin dingin. Kami pergi ke kafe dekat akademi. Dengan gugup setelah saling berdiam diri, aku memulai pembicaraan. “Yoda.. kamu kenapa akhir – akhir ini jadi seperti ini?”. Satu menit terdiam dan Yoda tiba – tiba menjawab “Cinta... Aku mencintaimu...Asti”. “Dari awal kita bertemu... pada malam itu”. Aku terdiam kaget dan tak bisa bicara mendengarnya.

“Pada waktu itu aku depresi berat karena seharusnya aku mengikuti lomba karate internasional, tapi aku malah dimasukan ke akademi bulu tangkis oleh orang tuaku. Aku harus jadi pewaris perusahaan raket yang didirikan oleh ayahku. Oleh karena itu, badanku  tidak boleh terluka dan aku harus tau banyak juga tentang bulu tangkis. Aku sangat sedih pada waktu itu, aku seperti api yang sedang membakar apa yang ada disekitarnya. Tapi kamu... Kamu datang membawa air dan mendinginkan tubuhku. Senyumanmu juga mampu mendinginkan hatiku. Apalagi saat aku tau kamu satu akademi dan kita satu tim, aku semakin yakin jika kita adalah pasangan yang ditakdirkan oleh Tuhan”. “Jadi gimana Asti? Kamu terima cintaku atau tidak Asti?”.  Dengan sangat gugup aku langsung menjawab tidak. Perasaanku sangat campur aduk, aku tidak mencintainya lebih dari sahabat. Dia sudah seperti kakakku sendiri. Jawaban dariku adalah kata terakhir yang kuucapkan padanya. Aku langsung pulang ke akademi  meninggalkan Yoda sendiri di kafe.

          Di akademi, aku menyibukkan diriku mengejar Aditya dan berusaha menjauhi Yoda. Sehingga setelah seminggu kejadian itu, aku baru sadar jika Yoda telah pergi dari akademi 5 hari yang lalu. Aku sangat sedih. Tapi Aku harus tetap meraih mimpi dan mengejar Aditya.

Sudah 3 tahun tak mendengar kabar dari Yoda, akupun berusaha mencari informasi dari Yoda dengan kerumah orang tuanya. Perasaanku bercampur aduk antara kangen dan canggung karena tidak bertemu sahabat lama. Ketika aku bertemu ibunya dan memperkenalkan diri, Ibunya sambil menahan tangisan yang ada di matanya berusaha menunutunku masuk ke kamar Yoda. Beliau memberikan surat yang diambil di dalam lemari Yoda dan memintaku untuk membacanya.

“Hai Asti Dewi Pratama, kutuliskan surat ini karena aku tak bisa lagi mengutarakan perasaanku secara langsung. Ada yang harus kamu tau tentang perasaanku ke kamu. Kamu tau tidak kenapa dulu aku masih bertahan di akademi?. Kamu tau tidak kenapa aku selalu tampak bahagia? Kamu tau tidak kenapa aku selalu berusaha korbankan diriku buat kamu?. Karena Aku mencintaimu. Iya mencitaimu. Atau mugkin lebih. Sebenarnya aku ingin sekali mengutarakannya dari dulu. Tapi aku takut. Pada waktu di kafe itu, aku Berusaha mengumpulkan keberanianku untuk mengutarakan cintaku padamu karena aku tidak mau kehilanganmu. Ternyata memang sudah kuduga, kamu menganggapku seperti kakakmu sendiri. Cintamu ke aku hanya sebatas sahabat, tidak lebih. Meskipun begitu, aku tidak akan pernah membencimu. Mungkin cinta  memang tidak harus berbalas. Karena cinta memang tidak bisa dipaksa. Semoga kamu bahagia dengan pilihanmu. Aku akan selalu mendoakanmu dari jauh. Terimakasih dan maaf. Dari seseorang yang mencitaimu jauh”.

Air mataku mengalir deras membaca surat dari Yoda. Hatiku gemetar ketika membaca setiap kata dari surat itu. Aku berfikir kenapa aku begitu jahat. Tapi aku juga tidak bisa membantu apa – apa. Aku mencintai dia sebagai sahabat, tidak lebih. Kupenjamkan mataku dan terus menangis tersedu – sedu sambil memeluk surat dari Yoda. Aku segera bertanya dimana dia, namun ibu Yoda hanya bisa diam. Aku bertanya lagi sampai yang kelima kali ibunya Yoda menjawab. “Yoda sudah tenang di alam sana. Di Dunia dia sakit – sakitan karena depresi berat kehilangan kamu”.Air mataku bertambah deras seketika setelah mendengar ucapan Ibunya Yoda. Badanku terasa lemas, perasaanku benar – benar kacau dan penyesalan menjadi kata perbincangan dalam pikiranku.



IG: YOGANTARAWA

You May Also Like

0 komentar