Puisi Mahasiswa: Hasil Palsu Dan Budaya Keliru

by - 07:59

Mungkin ini sedikit puisi mengenai curahan hati dan pikiran seorang pelajar kepada pelajar.


      Puisi pertama mengenai pelajar yang lebih mementingkan hasil karena memang semua orang selalu melihat hasil. Oke memang hasil merepresentasikan perjuangan/proses. Tapi itu semua tidak bisa dijadikan sebuah patokan/indikator dia berhasil atau berilmu. Terkadang apa yang terlihat bukanlah yang sebenarnya. Bukan bermaksud berburuk sangka. Tapi agar para pelajar mau berproses dan tak terlalu terfokus pada hasil yang akan membuat menghalalkan segala cara. Para Pendidik juga harusnya lebih mengapresiasi proses dan lebih jeli mengenai indikator hasil yang menjadi tolak ukur nilai.


Hasil Palsu

Ketika dunia hanyalah melihat hasil
Enyahlah cahaya dalam gelapnya malam
Ketika intelektual muda diuji imannya
Enyahlah kemerdekaan berfikir demi ipk

Apa yang mereka liat adalah palsu
Hal yang suci ternistakan oleh kecurangan
Sehingga kejujuran menjadi deru
dan pujianlah yang mereka makan

mereka tak peduli siapa dirimu
yang mereka lihat adalah semu
sebuah hasil yang sangat sendu
membuat diri ini terharu




          Puisi kedua mengenai budaya atau tradisi yang dianggap benar, Namun sebenarnya keliru. Contoh yang salah akan melahirkan kesalahan pula. Dan terkadang orang baru/orang yang polos mudah sekali mengikuti. Sehingga terkesan mereka tidak tau apa yang mereka lakukan atau bahkan mereka ucapkan. Dampaknya ini akan menjadi dasar mereka berbuat salah berkepanjangan sampai menjadi orang besar. Sehingga dapat diduga bahwa koruptor - koruptor yang ada sekarang ini adalah sebuah reproduksi sosial dari pendidikan atau sosialisasi terdahulu yang kurang sempurna.


Budaya Keliru

Sungguh malang nasib bangsa koruptor
membudaya hingga keakar
orang naif menjadi korban
ketidaktauan menjadi akar

sejak dididik sudah melakukan
tak kaget jika besar jadi nakal
sunggu malang nasib akar
selalu menjadi pusat permasalahan

modal – modal nenek moyang
menjadi turunan yang kekal
pembangkangan seoalah salah
melakukan pun jadi berdosa

sungguh berat bagi pengikut
apalagi jika badan juga nurut
apalagi jika hati sama – sama nurut
apakah salah budaya dituntut


Oke mungkin itulah puisi dan penjelasannya dari penulis yaitu Oktavimega Yoga Guntaradewa. Kritik dan Saran sangat diharapkan. Semoga berkah.

You May Also Like

0 komentar