Kaum Urban Dan Kemacetan Kota Jakarta
Kaum
Urban Dan Kemacetan Kota Jakarta
Urbanisasi sebagai jalan masyarakat
pedesaan untuk melakukan mobilitas sosial, telah menjadi harapan besar bagi
masyarakat pedesaan untuk mengubah status sosialnya menjadi lebih baik. Bagi
para kaum urban, hidup di kota sangatlah penting dewasa ini. Mudahnya
mendapatkan gaji tinggi dengan pekerjaan yang mudah seperti yang tergambar
dalam media - media informasi seperti koran, majalah, radio dan televisi memang
sangatlah menggairahkan. Gengsi hidup miskin di desa menjadi salah satu alasan
masyarakat desa pergi ke kota demi meningkatkan taraf hidup.
Urbanisasi memang berdampak positif
pada masanya, yaitu masa orde baru. Pembangunan memang sangat gencar pada waktu
itu karena Indonesia baru saja merdeka. Daerah perkotaan seperti Jakarta yang
pada waktu itu menjadi ibukota Indonesia membutuhkan banyak sekali sumber daya
manusia. Sehingga pemerintah menyarankan kepada masyarakat pedesaan untuk pindah
ke kota. Namun dewasa ini, Indonesia dihadapkan dalam permasalahan sangat besar
yaitu kepadatan penduduk terutama di daerah perkotaan.
Kepadatan
penduduk di kota membuat urbanisasi menjadi dampak yang negatif bagi desa
maupun kota sampai saat ini. Seperti, berkurangnya tenaga terampil di desa, menurunnya
produktifitas pertanian dan perikanan, kurangnya lapangan kerja, kurangnya
lahan tanah sebagai pemukiman dan kemacetan lalu lintas perkotaan. Kemacetan
yang sangat parah di indonesia terutama di daerah metropolitan seperti Jakarta
telah menjadi masalah yang sangat besar dan serius untuk segera ditangani.
Menurut indeks stop - start yang dilakukan Castrol
Magnetic, Jakarta merupakan kota dengan kemacetan terparah di dunia dengan
angka stop-start sekitar 33.240 per tahun.
Jakarta harusnya banyak belajar dari
ibukota negara maju seperti Jepang, yang memiliki kasus urbanisasi yang juga
cukup tinggi. Kota Tokyo berpenduduk sekitar 11 juta jiwa, namun pada siang
hari berubah menjadi 20 juta jiwa. Untuk mengurangi kemacetan di jepang,
pemerintah jepang berupaya membuat budaya naik kereta api. Budaya ini rupanya
menjadi salah satu solusi yang cukup berpengaruh demi mengurangi kemacetan di
kota Tokyo. Jakarta sebagai kota metropolitan haruslah memiliki solusi untuk kemacetan
di bidang tranportasi seperti pembangunan kereta bawah tanah, karena jika hanya
mengandalkan bus seperti busway maka akan sama saja.
Pembangunan besar – besaran di desa
dan penekanan angka kelahiran di kota adalah solusi yang juga dapat menekan
arus urbanisasi yang semakin deras. Pakar demografi inggris yang terkenal akan
teori kependudukannya yaitu Thomas Robert Malthus berpendapat bahwa apabila
modal dan tanah tetap, maka tambahan tenaga kerja akan mengurangi pendapatan
per kapita. Jadi jika angka kelahiran penduduk di kota tidak segera ditekan dan
pembangunan di desa tidak segera dilaksanakan, maka kaum urban yang ada di kota
akan semakin banyak dan akan memberikan dampak yang negatif bagi perkembangan
ekonomi negara.
Kaum urban haruslah segara
dikontrol, sehingga kemacetan juga dapat berkurang. Dengan berkurangnya
kemacetan maka mobilitas akan semakin mudah dan cepat dan berkurangnya stres para pengendara. Kota
Jakarta sudah semakin sesak dengan segala problematika yang ada dan
penduduknya, pemerintah harus segera membuat kebijakan agar Jakarta terhindar
dari macet dan mengurangi stres penduduk Jakarta. Bukan hanya itu pemerintah
juga harus memberikan kebijakan yang tepat bagi para kaum urban yang terlantar
di kota – kota besar.
0 komentar