Anteposterior

(n) Tempat Dimana Dapat Berbagi Pikiran Dan Perasaan

Mungkin ini sedikit puisi mengenai curahan hati dan pikiran seorang pelajar kepada pelajar.

      Puisi pertama mengenai pelajar yang lebih mementingkan hasil karena memang semua orang selalu melihat hasil. Oke memang hasil merepresentasikan perjuangan/proses. Tapi itu semua tidak bisa dijadikan sebuah patokan/indikator dia berhasil atau berilmu. Terkadang apa yang terlihat bukanlah yang sebenarnya. Bukan bermaksud berburuk sangka. Tapi agar para pelajar mau berproses dan tak terlalu terfokus pada hasil yang akan membuat menghalalkan segala cara. Para Pendidik juga harusnya lebih mengapresiasi proses dan lebih jeli mengenai indikator hasil yang menjadi tolak ukur nilai.


Hasil Palsu

Ketika dunia hanyalah melihat hasil
Enyahlah cahaya dalam gelapnya malam
Ketika intelektual muda diuji imannya
Enyahlah kemerdekaan berfikir demi ipk

Apa yang mereka liat adalah palsu
Hal yang suci ternistakan oleh kecurangan
Sehingga kejujuran menjadi deru
dan pujianlah yang mereka makan

mereka tak peduli siapa dirimu
yang mereka lihat adalah semu
sebuah hasil yang sangat sendu
membuat diri ini terharu




          Puisi kedua mengenai budaya atau tradisi yang dianggap benar, Namun sebenarnya keliru. Contoh yang salah akan melahirkan kesalahan pula. Dan terkadang orang baru/orang yang polos mudah sekali mengikuti. Sehingga terkesan mereka tidak tau apa yang mereka lakukan atau bahkan mereka ucapkan. Dampaknya ini akan menjadi dasar mereka berbuat salah berkepanjangan sampai menjadi orang besar. Sehingga dapat diduga bahwa koruptor - koruptor yang ada sekarang ini adalah sebuah reproduksi sosial dari pendidikan atau sosialisasi terdahulu yang kurang sempurna.


Budaya Keliru

Sungguh malang nasib bangsa koruptor
membudaya hingga keakar
orang naif menjadi korban
ketidaktauan menjadi akar

sejak dididik sudah melakukan
tak kaget jika besar jadi nakal
sunggu malang nasib akar
selalu menjadi pusat permasalahan

modal – modal nenek moyang
menjadi turunan yang kekal
pembangkangan seoalah salah
melakukan pun jadi berdosa

sungguh berat bagi pengikut
apalagi jika badan juga nurut
apalagi jika hati sama – sama nurut
apakah salah budaya dituntut


Oke mungkin itulah puisi dan penjelasannya dari penulis yaitu Oktavimega Yoga Guntaradewa. Kritik dan Saran sangat diharapkan. Semoga berkah.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
KEGIATAN SOSIAL BERKEDOK LAIN


Guys, kalian merasa tidak jika sekarang ini banyak sekali organisasi sosial atau bahkan kegiatan - kegiatan sosial yang sudah mulai bermunculan?. Dewasa ini memang banyak sekali masyarakat yang sudah tergerak hatinya untuk melakukan gerakan – gerakan sosial. Hal ini sangatlah positif sekali karena sudah banyak orang yang peduli akan bangsanya sendiri. Namun, pernahkah kalian merasa bahwa ada maksud lain dari kegiatan sosial tersebut. Bukan bermaksud negatif thinking tapi hanya mencoba berfikir kritis.
           
Banyak kegiatan sosial yang memang dirancang atau didirikan untuk membantu bisnisnya. Misalnya ada kegiatan sosial yang didirikan si B atas kemauan si A dengan syarat barang si A yang akan jadi sponsornya. Kegiatan sosial yang dilakukan si B ini yang akan mendongkrak citra bisnis si A dan sekaligus mengiklankannya. Sederhananya si A melakukan kegiatan sosial guna mendongkrak citra bisnisnya.

Kegiatan sosial sebagai modal politik untuk individu maupun partai politik juga bisa dilakukan. Yakni dengan melakukan kegiatan politik si A mendapatkan citra yang baik sehingga mampu menjadi bupati, atau menteri atau mendapatkan banyak suara rakyat. Hal demikian adalah sedikit contoh yang dapat saya berikan mengenai maksud lain dari kegiatan sosial yang ada sekarang ini.

Sebenarnya maksud dari kegiatan sosial adalah baik, tapi mungkin maksud lain yang terselib mengakibatkan tujuan yang seharusnya membantu sesama akan terselib kepentingan – kepentingan individu. Kita juga tidak bisa menilai atau bahkan melarang kegiatan sosial yang mungkin juga melakukan pencitraan. Karena memang manusia tidak akan lepas dari pencitraan. Dan sebenarnya hal yang paling tertinggi dari yang dibutuhkan manusia adalah aktualisasi diri.


Tidak akan menjadi masalah, selama kegiatan sosial yang dilaksanakan adalah memang benar – benar mengedepankan kepentingan umum dari pada pribadi. Apalagi jika kegiatan sosial tersebut mampu menginspirasi banyak orang untuk melakukan kebaikan. 
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
KONSTRUKSI MORAL DAN AKADEMIS PELAJAR

Seperti halnya rumah, agar tidak gampang runtuh maka rumah diberi fondasi. Begitu juga dengan pendidikan akademis, pendidkan moral juga penting dalam pembangunan pendidikan  akademis. Namun kenyataannya di Indonesia pendidikan akademis dan moral masih tidak seimbang. Contohnya yang pernah saya amati di daerah pedesaan pantai Jolosutro di Blitar. Rata – rata moral anak – anak SD  disana baik, namun rata - rata akademis mereka kurang bagus.  Hal ini berlawanan dengan apa yang pernah saya amati di daerah perkotaan seperti Surabaya. Akademis anak – anak SD di daerah perkotaan rata – rata bagus, namun moral mereka rata – rata buruk.

Menurut Frans Magnis Suseno dalam bukunya Etika Dasar: Masalah – Masalah Pokok Filsafat Moral (1979:15) Bidang moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari kebaikannya sebagai manusia, norma – norma moral adalah tolak ukur untuk menentukan betul – salahnya sikap dan tindakan manusia dilihat dari segi baik – buruknya sebagai manusia bukan sebagai pelaku peran tertentu dan terbatas. Anak indonesia haruslah mempunyai moral yang tinggi agar akademis yang telah ajarkan baik bagi seluruh umat manusia. Perlu adanya kontruksi moral dan akademis pelajar agar keduanya saling berjalan dengan baik.

Revolusi mental yang dicanangkan bapak Jokowi pada saat kampanye, membuat kita terhanyut dalam semboyan tersebut. Seolah – olah revolusi mental adalah pemecah masalah baru yang mampu menyelesaikan persoalan – persoalan bangsa. Indonesia memang sedang terlilit masalah moral yang mendesak. Sehingga kata “revolusi” bukanlah hal yang berlebihan. Namun dengan paradigma bahwa pendidikan akademis dan moral harus memiliki jatah tersendiri dalam setiap jenjang pendidikan mulai dari SD sampai SMA, seperti yang dicanangkan pak jokowi dalam pidatonya. Hal itu justru akan membuat perubahan menyuluruh yang dicanangkan, akan menjadi percuma.

            Dewasa ini kita butuh pembelajaran yang kreatif, pembelajaran yang mampu membuat anak – anak Indonesia adiktif dalam belajar. Sehingga mampu mendapatkan hasil yang diharapkan dan mampu mensinambungkan antara pendidikan akademis dan pendidikan moral. Kurangnya antusias dan sikap fatalis guru dan orang tua dalam pendidikan moral dan akademis anak, membuat pembelajaran kreatif sulit dilakukan. Sosialisasi yang kurang sempurna dari lingkungan serta perubahan budaya seperti penggunaan gadget (teknologi)  yang berlebihan juga menyebabkan moral tidak berjalaan bersamaan dengan akademis anak.

Pembelajaran Moral dan Akademis tidak dapat diajarkan sendiri – sendiri. Dalam faktanya, anak akan sangat cepat bosan dalam menerima pelajaran moral di kelas. Saat kuliah saja kita sering bosan dalam pelajaran etika, pendidikan kewarganagaran, ataupun pancasila. Sehingga kita kurang mendapatkan hasilnya dan terkadang kita akan cenderung mengejar nilai dan berbuat curang. Lalu bagaimana dengan sistem pendidikan untuk anak SD, jika pendidikan moral harus dijatah 80% dan pendidikan akademis 20%. Akan seperti apa mereka saat kegiatan belajar mengajar dan apa saja yang dilakukan guru untuk mengajarkan moral dengan jatah yang cukup besar itu. Bukankah sistem pendidikan yang demikian akan semakin memperburuk sistem pendidikan yang sudah ada.

Belajar harus mampu mengkonstruksi pengetahuan itu sendiri. Bukan soal menghafal atau mendengarkan ceramah dari guru, melainkan mampu memahami pengetahun dalam kehidupan  keseharian dan mampu dipraktikan. Pendidikan moral dan akademis tidak dapat dipisahkan dalam setiap pembelajarannya. Keduanya harus dapat diajarkan dalam langkah yang bersamaan.

Contohnya ketika guru mengajarkan matematika, guru harus mampu menyelipkan pendidikan moral ataupun pendidikan karakter seperti kejujuran, kedisiplinan, kerja sama, dan lain – lain. Hal yang demikian akan sangat membantu guru dalam penyampaian moral terhadap muridnya. Dalam setiap pengajarannya, seorang guru maupun orang tua harus mempunyai apersepsi dalam setiap pembelajaran akademis dan moral. Harapannya melalui apersepsi atau jembatan, apa yang akan disampaikan seorang pengajar mampu sampai pada tujuan pembelajaran.

Hasil terkadang kurang sesuai dengan yang diharapkan. Dalam Undang – undang dasar 1945 pasal 31 ayat 4 amandemen ke-4 yang berbunyi “Negara Memprioritaskan Anggaran Pendidikan yang sekurang – kurangnya 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaran pendidikan nasional”. Dana pendidikan 20% sejatinya mampu memfasilitasi pendidikan di Indonesia dengan baik. Ironisnya, fasilitas – fasilitas pendidikan hanya bertumpu pada daerah perkotaan.

Daerah pedesaan yang kurang mendapatkan fasilitas – fasilitas pendidikan yang memadai menjadi dampak pendidikan moral dan akademis tidak seimbang. Daerah perkotaaan pun juga terkena dampaknya, teknologi yang canggih yang bertumpu pada daerah perkotaan membuat masyarakat kota lebih terpengaruh globalisasi. Kurangnya filter masyarakat kota membuat mereka terperosok dalam hal yang negatif yaitu krisis moral. Hal yang demikian membuat pendidikan akademis anak kota semakin baik namun pendidikan moralnya semakin buruk.


Penataan sistem pendidikan moral dan akademis haruslah diperbaiki mulai dari cara pembelajarannya. Pembelajaran pendidikan moral dan akademis haruslah bersamaan dan saling berkaitan. Agar tercapainya tujuan tersebut maka diperlukan pembelajaran kreatif, disertai pula pengajar – pengajar yang kreatif. Guru, orang tua, maupun lingkungan masyarakat harus mampu bekerja sama berfikir kreatif untuk mendidik anak. Pemerintah sebagai fasilitator antara pengajar dan murid harus mampu memperbaiki sistem. Dana pendidikan haruslah merata, sehingga semua mendapatkan fasilitas pendidikan yang sama. 
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
HUKUM HARUS BISA TANPA UANG

Hukum sudah menjadi keharusan yang harus ditegakkan agar tidak menjadi bumerang bagi masyarakat itu sendiri. Hukum diciptakan masyarakat untuk membatasi perilaku seseorang atau sekelompok orang dari hal – hal yang buruk. Jika ada seseorang atau sekelompok orang yang melewati batasan itu maka akan mendapatkan sanksi yang juga dibuat masyarakat itu sendiri.

Masyarakat memberikan amanah kepada penegak hukum untuk menjalankan hukum di dalam masyarakat. Namun sebagian dari para penegak hukum lebih memilih memainkannya daripada menjalankannya. Hal itu dapat terjadi karena daya tarik uang yang dewasa ini telah mengacaukan pikiran – pikiran manusia, termasuk para penegak hukum. Sehingga dewasa ini para penegak hukum mudah sekali dikendalikan oleh mafia hukum.

Sudah menjadi rahasia umum jika para penegak hukum ada yang mudah sekali untuk disuap oleh para pelanggar hukum.  Contoh kecil saja suap – menyuap antara polisi lalu lintas dan pengguna jalan yang salah. Belum lagi masalah – masalah besar seperti apa yang terjadi di pemerintahan saat ini. Para penegak hukum seperti sudah menjadi teman bagi kelompok – kelompok elit. Kelompok – kelompok yang kurang mampu menjadi parasit bagi para penegak hukum. hal demikian itu menjadikan hukum semakin tumpul ke atas dan lancip kebawah.

Para penegak hukum seolah tidak lagi buta dan adil dalam melihat suatu perkara. Hal itu mengakibatkan hukum hanya berlaku kepada orang yang tidak berduit. Padahal semua orang berhak salah dan berhak untuk dihukum, termasuk orang – orang elit. tapi karena mereka mempunyai uang mereka sudah seperti memiliki hukum. Entah apa seperti ini sistem hukum yang seharusnya terjadi?. Bukan bermaksud melindungi kelompok yang lemah. Tapi melindungi kelompok yang benar dan mencoba untuk menerapkan keadilan di bumi pertiwi.

Uang tak bisa disalahkan karena hal yang terjadi pada hukum. Karena hakikatnya  uang adalah benda mati/tidak hidup dan bukan juga Tuhan. Manusia yang patut disalahkan atas segala hawa nafsunya. Kurangnya pemikiran kritis dan sikap apatis membuat hal tersebut akan selalu ada. Para penguasalah yang menyebabkan kelanggengan itu tetap terjadi. Sistem pendidikan yang ada sama sekali tidak berpihak kepada rakyat miskin, tapi sebaliknya justru berpihak kepada kaum elit.

Dewasa ini kita perlu sekali mencontoh pendidikan kritis Paulo Freire. Freire pernah berkata kami tidak pernah menganggap pendidikan untuk memberantas buta huruf sebagai bidang yang terpisah, sebagai proses belajar mengajar yang mekanis, namun kami memandang pendidikan sebagai tindakan politik yang terkait secara langsung dengan produksi, kesehatan, hukum dan seluruh rencana yang akan diberlakukan masyarakat.

Pendidikan kritis yang digagas oleh Freire seharusnya diterapkan di dalam sistem pendidikan di Indonesia. Harapannya agar masyarakat Indonesia lebih kritis dan tidak apatis dengan keadaan Indonesia sekarang ini yaitu hukum yang dapat dibeli. Hukum harusnya tanpa ada sangkut pautnya dengan uang, yang berarti hukum tidak dapat dibeli siapapun. Pendidikan kritis juga dapat menjadi pembelajaran bagi para penegak hukum agar tidak sewena – wena memainkan hukum. Hukum harus dijaga kesuciannya agar mampu menyembuhkan hal – hal yang tidak suci.


Jika hukum masih bisa dibeli, lantas apa bedanya kita dengan hewan. Hal tersebut membuat tingkat keberadaban kita sebagai manusia menjadi luntur. Perbaikan sistem adalah jalan keluarnya. Pencabutan permasalahan ini harus sampai akarnya. Sanksi yang tegas harus berani diterapkan di dalam hukum. masyarakat harus lebih kritis dan berani mengawasi jalannya hukum agar tidak terjadi lagi kasus suap – menyuap. 
Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar
KEPEMIMPINAN DAN CACIAN

            Belakangan ini saya sendiri sedang mempelajari apa yang namanya kepemimpinan. Tentu saja proses belajar yang sedang saya lakukan adalah mengambil pengalaman – pengalaman yang berhubungan dengan kepemimpinan. Kepemimpinan tidak hanya bisa didapat dari teori saja, meskipun memang terkadang teori ataupun tips juga sedikit membantu. Apalagi jika sering mengikuti seminar, maka setidaknya belajar kepemimpinan sekaligus terinspirasi untuk menjadi pemimpin yang baik.

          Dalam realitanya menjadi pemimpin tidak lah mudah. Pemimpin sering kali menjadi kambing hitam sebuah kesalahan besar atau pun kecil. Meskipun pemimpin berhasil melakukan sesuatu, yang akan menjadi alasan adalah karena pemimpin + timlah yang membuat hal tersebut berhasil. Karena tanggung jawab yang besar itulah mungkin yang membuat banyak orang tidak suka menjadi pemimpin.

Namun disatu sisi, kekuasaan pemimpin yang begitu hebat telah membuat banyak orang memperjuangkannya. Karena posisi pemimpin yang sedikitlah yang membuat orang berebut kursi kepemimpinan. Bagi saya sendiri, pemimpin adalah sebuah pertanggung jawaban di akhirat. Ngeri memang, tapi sejatinya pemimpin bukanlah sebuah permainan dimana kita bisa mempergunakan kekuasaan sesuka hatinya.

Jika boleh sedikit cerita mengenai kepemimpinan dan cacian. Saya terkadang merasa bahwa semua baik – baik saja ketika saya memimpin sebuah kelompok atau tim. Namun terkadang saya mendengar dari salah satu orang bahwa kepemimpinan saya sangat buruk dalam hal relation to member group. Dan di satu sisi saya mendengar bahwa kepemimpinan saya sangat baik di koordinasi, manajemen waktu dan motavasi yang baik ke anggota.


Terkadang pro dan kontra, kritik dan pujian sangatlah membingungkan. Tapi kesimpulan yang dapat diambil adalah  adalah akan ada sebuah pro dan kontra, cacian dan pujian dalam sebuah kepemimpinan. Terus belajar menjadi pemimpin yang amanah adalah sebuah tanggung jawab juga. Tak perlu pesimis dan trauma menjadi pemimpin. Semua orang punya caranya sendiri. So, dont be pessimist to be a leader. Make critics and compliments to build you up.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Kaum Urban Dan Kemacetan Kota Jakarta

            Urbanisasi sebagai jalan masyarakat pedesaan untuk melakukan mobilitas sosial, telah menjadi harapan besar bagi masyarakat pedesaan untuk mengubah status sosialnya menjadi lebih baik. Bagi para kaum urban, hidup di kota sangatlah penting dewasa ini. Mudahnya mendapatkan gaji tinggi dengan pekerjaan yang mudah seperti yang tergambar dalam media - media informasi seperti koran, majalah, radio dan televisi memang sangatlah menggairahkan. Gengsi hidup miskin di desa menjadi salah satu alasan masyarakat desa pergi ke kota demi meningkatkan taraf hidup.


            Urbanisasi memang berdampak positif pada masanya, yaitu masa orde baru. Pembangunan memang sangat gencar pada waktu itu karena Indonesia baru saja merdeka. Daerah perkotaan seperti Jakarta yang pada waktu itu menjadi ibukota Indonesia membutuhkan banyak sekali sumber daya manusia. Sehingga pemerintah menyarankan kepada masyarakat pedesaan untuk pindah ke kota. Namun dewasa ini, Indonesia dihadapkan dalam permasalahan sangat besar yaitu kepadatan penduduk terutama di daerah perkotaan.


            Kepadatan penduduk di kota membuat urbanisasi menjadi dampak yang negatif bagi desa maupun kota sampai saat ini. Seperti, berkurangnya tenaga terampil di desa, menurunnya produktifitas pertanian dan perikanan, kurangnya lapangan kerja, kurangnya lahan tanah sebagai pemukiman dan kemacetan lalu lintas perkotaan. Kemacetan yang sangat parah di indonesia terutama di daerah metropolitan seperti Jakarta telah menjadi masalah yang sangat besar dan serius untuk segera ditangani. Menurut indeks stop - start yang dilakukan Castrol Magnetic, Jakarta merupakan kota dengan kemacetan terparah di dunia dengan angka stop-start sekitar 33.240 per tahun.


            Jakarta harusnya banyak belajar dari ibukota negara maju seperti Jepang, yang memiliki kasus urbanisasi yang juga cukup tinggi. Kota Tokyo berpenduduk sekitar 11 juta jiwa, namun pada siang hari berubah menjadi 20 juta jiwa. Untuk mengurangi kemacetan di jepang, pemerintah jepang berupaya membuat budaya naik kereta api. Budaya ini rupanya menjadi salah satu solusi yang cukup berpengaruh demi mengurangi kemacetan di kota Tokyo. Jakarta sebagai kota metropolitan haruslah memiliki solusi untuk kemacetan di bidang tranportasi seperti pembangunan kereta bawah tanah, karena jika hanya mengandalkan bus seperti busway maka akan sama saja.


            Pembangunan besar – besaran di desa dan penekanan angka kelahiran di kota adalah solusi yang juga dapat menekan arus urbanisasi yang semakin deras. Pakar demografi inggris yang terkenal akan teori kependudukannya yaitu Thomas Robert Malthus berpendapat bahwa apabila modal dan tanah tetap, maka tambahan tenaga kerja akan mengurangi pendapatan per kapita. Jadi jika angka kelahiran penduduk di kota tidak segera ditekan dan pembangunan di desa tidak segera dilaksanakan, maka kaum urban yang ada di kota akan semakin banyak dan akan memberikan dampak yang negatif bagi perkembangan ekonomi negara.



            Kaum urban haruslah segara dikontrol, sehingga kemacetan juga dapat berkurang. Dengan berkurangnya kemacetan maka mobilitas akan semakin mudah dan cepat dan  berkurangnya stres para pengendara. Kota Jakarta sudah semakin sesak dengan segala problematika yang ada dan penduduknya, pemerintah harus segera membuat kebijakan agar Jakarta terhindar dari macet dan mengurangi stres penduduk Jakarta. Bukan hanya itu pemerintah juga harus memberikan kebijakan yang tepat bagi para kaum urban yang terlantar di kota – kota besar.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar


Pantai selatan di kota Blitar sangatlah indah dengan pesona pasir dan lautnya. Pemandangan yang indah, didalamnya berisi orang – orang pesisir yang kebanyakan bermata pencaharian sebagai nelayan. Penduduk yang ramah disana membuat banyak orang betah, meskipun sangat panas di dataran rendah. Rumah – rumah penduduk yang tersebar jarang dan hamparan tanaman hijau disekitar memberikan suasana masih sangat pedesaan.






Kurang lebih 3 minggu saya bersama 4 rekan pengajar, harus tinggal di salah satu rumah warga untuk mengajar di SD yang sangat terpencil dengan fasilitas yang seadanya yaitu SDN Gondang Tapen. Meskipun begitu, antuasiasme anak – anak disana sangatlah luar biasa. Sekolah Dasar dengan murid hanya 29 ini telah menggerakan hati saya dan keempat rekan saya untuk tetap semangat mengajar. Dalam hal akademik, mereka sangat tertinggal dengan sekolah – sekolah di daerah pusat Blitar. Meskipun begitu, semangat mereka dalam belajar dan etika tidak kalah dengan sekolah – sekolah di pusat kota atau bahkan ibukota.


Kurang terbukanya pandangan orang tua ataupun anak – anak di daerah pesisir mengenai pentingnya pendidikan sangatlah kurang. Ditambah lagi faktor  keadaan ekonomi juga masih sederhana. hal yang sedikit kami mampu berikan adalah sosialisasi mengenai betapa luasnya dunia ini dan tingginya cita - cita yang harus diraih guna bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga dan negara. Buku sebagai jendela dunia adalah media yang juga mampu membuka mata mereka akan betapa indahnya ilmu pengetahuan dan dunia. Sehingga membaca adalah hal yang perlu dibudayakan. Ketertarikan anak – anak akan pendidikan inilah yang akan memotivasi mereka untuk berani bermimpi tinggi dan mengusahakannya.






SDN Gondang Tapen ini hanya memiiki 3 kelas yang terbagi atas kelas 6 berisi 6 murid, kelas 3,4 dan 5 berisi 11 murid serta kelas 1 dan 2 berisi 12 murid. Ada satu ruang lagi yaitu ruang guru dan kepala sekolah sekitar 3 orang. Dengan fasilitas sekolah yang sangat sederhana inilah mereka harus belajar. Dan ini sungguh sangat miris sekali. Saya sendiri tidak bisa membayangkan bagaimana guru disana mengajar setiap hari dengan kondisi kelas yang bercampur.






Kurang meratanya fasilitas sekolah yang ada di Indonesia inilah yang membuat pendidikan masih sulit berkembang menjadi lebih baik. Selain metode pembelajaran, fasilitas dalam pendidikan perlu juga diperbaiki dan menyebar di daerah – daerah terpencil di Indonesia. SDN Gondang Tapen di daerah Pantai Jolosutro, Blitar adalah salah satu contoh sekolah yang masih tertinggal baik dari fasilitas pendidikan maupun dari sumber daya manusia.





Anak – anak di SDN Gondang Tapen adalah murid – murid yang sangat semangat untuk belajar. Memfasilitasi semangat mereka agar mereka berani bermimpi dan mewujudkannya adalah seperti pelangi indah yang akan mewarnai hidup mereka di masa depan. Pengalaman kami 3 minggu mengajar disana adalah bantuan kecil kami untuk sedikit membantu mereka membuka pandangan mereka akan pendidikan. Harapannya, hal ini mampu menginspirasi para pemuda Indonesia terutama kaum intelektual untuk beraksi nyata daripada hanya mengkritisi dan diam saja. Segeralah bangkit, buktikan dan menginspirasi.




Terimakasih. Semoga menginspirasi.



Follow my Instagram: @YOGANTARAWA







Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Takut Padamu

Membidikmu saja aku takut
Bukan karena parasmu yang surut
Tapi jantungku saja yang berdenyut

Tegang dibawa badan
Seolah hati tak bisa melawan
Karena dia selalu dalam pikiran

Tujuan sangat dekat
Namun hati tak kunjung lekat
Akankah  takdir dapat mengikat

Sabar akan penantian
Cueknya dia tanda perawan
Tak ada kata untuk kesedihan

Wahai tulip di musim salju
Putihmu samar sulit kutuju
Terimalah hati ini hanya untukmu

  


Mereka lah Aku

Aku tumbuh bersama mereka
Berdiri bersama tanpa tega
Pusing kurasakan bersama
Bersama kesedihan yang banyak temanya

Indah berjuang bersama mereka
Mati bersama, berani bersama
Merah bersama, biru bersama
Tapi semangat tetaplah sama

Cinta kasih yang asli adalah mereka
Ketika banyak musuh memaksa
Tameng dan pedang adalah mereka
Menolongku, dengan sangat mesranya

Sedih biasa buat mereka
Tapi bahagia adalah yang utama
Menatap masa depan bersama’
Menginjak lurus setiap musuhnya

Uang tak penting bagi mereka
Karena persahabatan diatas segalanya
Sungguh indah masa muda kita
Ditemani mereka, mereka dan mereka




Oktober Tanpa Hujan

Setiap hari aku memandang kaca di pagi hari
Melihat kenyataan bahwa aku masih sendiri
Dalam hati memandang dalam tubuh ini sepi
Mendengar suara tak berdawai cinta yang suci

Entah kenapa hujan tak kunjung datang
Malam – malam tak lagi bersama kunang – kunang
Sukmaku tak lagi bercahaya seperti bulan dan bintang
Air mataku meronta dalam kegelapan tanda tak tenang

Sepuluh kakiku telah menunggu kedatangnya
Tak kunjung datang wahai ciptaanNya
Rindu telinga ini mendengar ramainya datangmu
Selalu bersama mendung dan sahabat - sahabatmu



Dua Puluh Satuku

Jika mataku tak lagi dua
Mulutku tak lagi satu
Dan jariku tak lagi sepuluh
Bukan berarti aku hanya punya uang seribu

Sembilan ratus bukan berarti tak sempurna
Sembilan puluh juga
Lima waktu adalah kewajibanku

Dalam kesempurnaan lima panca indra dan sila negaraku

All Created by Oktavimega Yoga Guntaradewa/Yogantarawa

Please support me and follow:

Twitter: Yogantarawa
IG: Yogantarawa

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Older Posts

About Me

Yoga Dewa

(Sociologist)

Focus on Community Development, Education, New Social Movement

Instagram: @Yogantarawa

Labels

  • CERPEN
  • MY ART
  • OPINI
  • Puisi
  • REKOMENDASI
  • TIPS AND TRICK

recent posts

Sponsor

Flag Counter

Blog Archive

  • ►  2023 (1)
    • ►  October (1)
  • ►  2020 (6)
    • ►  May (3)
    • ►  February (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2019 (22)
    • ►  December (1)
    • ►  September (6)
    • ►  August (4)
    • ►  June (1)
    • ►  May (1)
    • ►  March (3)
    • ►  February (5)
    • ►  January (1)
  • ►  2018 (4)
    • ►  December (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (1)
  • ►  2017 (16)
    • ►  November (1)
    • ►  October (4)
    • ►  September (1)
    • ►  July (2)
    • ►  May (5)
    • ►  February (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2016 (27)
    • ►  August (1)
    • ►  July (3)
    • ►  June (9)
    • ►  May (2)
    • ►  April (2)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (5)
  • ▼  2015 (8)
    • ▼  December (7)
      • Puisi Mahasiswa: Hasil Palsu Dan Budaya Keliru
      • Kegiatan Sosial Berkedok Lain
      • Kontruksi Moral Dan Akademik
      • Hukum Dan Uang
      • Kepemimpinan Dan Cacian
      • Kaum Urban Dan Kemacetan Kota Jakarta
      • Pelangi Untuk Pesisir
    • ►  October (1)
      • Puisi Oktober 2015
  • ►  2014 (11)
    • ►  August (2)
    • ►  July (4)
    • ►  June (5)

Created with by BeautyTemplates| Distributed By Gooyaabi Templates