Eksistensi Usaha Dagang Kecil Di Tengah Persaingan Usaha Dagang Besar

by - 06:11



Seolah dalam himpitan tank - tank panzer besar buatan jerman. Seorang ibu penjual kelontong di desa Pecantingan – Sidoarjo, berjualan dalam himpitan toko – toko besar seperti Alfamart dan Indomart. Dengan berjualan barang yang sama dan lokasi penjualan yang sangat berdekatan, membuat peluang mendapatkan laba yang besar menjadi kurang. Apalagi, jika pesaing – pesaing usaha  adalah para pemilik modal besar.

Suasana kapitalisme yang memenuhi setiap sudut penjualan di pasar, Ibu tersebut mampu tetap berjualan dengan menyewa tempat 15m2 meskipun tidak selaris dulu ketika belum ada usaha dagang besar disekitarnya. Ibu yang berumur sekitar 60 tahun itu telah berjualan sangat lama ketika ketiga anak beliau masih sekolah. Dalam berjualan beliau juga berpedoman bahwasannya dia berjualan hanya untuk mengisi waktu luang dan mendapatkan uang untuk kebutuhan dirinya sendiri. Meskipun dihimpit persaingan, Ibu ini tidak merasa bersaing karena beliau berfikiran bahwa rejeki itu Tuhan yang mengatur.

“Namanya rejeki Tuhan yang ngatur mas biarin aja.” Ujarnya.

Dalam sempitnya toko yang ia sewa, dengan harga sewa sebesar 3 juta per tahun. Ibu  yang sudah cukup tua ini hanya bekerja setengah hari dari pagi sampai siang. Konsumennya kebanyakan dari kampung sekitar dan perumahan depan toko beliau. Dengan suasana tempat yang cukup ramai itulah beliau masih mampu bertahan dalam himpitan persaingan dagang yang begitu ketat. Meskipun begitu, Laba bersih yang beliau peroleh masih cukup untuk memenuhi kebutuhan ibu dan suaminya. Dan dari hasil usaha ibu pada waktu dulu ketika masih laris dan belum ada usaha dagang besar, beliau juga mampu menyekolahkan ketiga anaknya sampai jenjang S1.

Meskipun mendapatkan laba kecil, hal ini tidak membuatnya menyerah berjualan.  Berhasil menguliahkan ketiga anaknya sampai jenjang S1, membuat Ibu ini mendapatkan hasilnya sekarang. Meskipun ketiga anaknya selalu mengirimkan uang, tidak membuat beliau berhenti bekerja. Beliau masih tetap berjualan dengan kekuatan tubuh yang tidak sekuat dulu karena usia beliau yang sudah cukup tua. Dan berjualan berdampingan dengan toko – toko besar yang menyaingi usaha beliau.

Seperti halnya dengan penjual yang lain Ibu ini juga memiliki banyak konsumen tetap. Cara yang beliau gunakan untuk membuat pelanggan membeli ditempatnya adalah dengan menyapa dan bercengkrama ringan dengan pelanggan. Ibu itu terkadang juga memperhatikan pembeli yang membeli jualan. Seperti contoh, Ibu tersebut terkadang memberikan saran untuk membeli kopi dengan air panas. Karena dengan membeli kopi dengan air dingin maka akan mengganggu lambung atau kesehatan pembeli.

Apalagi jika pembelinya anak kecil, Ibu juga memperhatikan apa yang mereka beli. Jika yang dibeli adalah rokok atau barang dagangan semacamnya yang berbahaya bagi anak kecil. Maka beliau selalu menanyakan untuk apa dan siapa barang itu dibeli. Karena beliau cemas sekali ketika barang dagangan yang berbahaya bagi anak kecil tersebut disalahgunakan. Sepertinya jiwa seorang ibu yang sangat melindungi dan penuh kasih sayang yang beliau gunakan untuk berjualan, telah mengikat hati para pembeli untuk datang kembali.

Dengan persaingan pasar dewasa ini yang dirasa begitu ketat. Para pemilik modal besar akan sangat mudah melibas para pemilik modal kecil. Hal tersebut terkadang membuat etika para penjual usaha dagang dengan modal kecil luntur. Sehingga para penjual dewasa ini sering sekali melakukan segala cara untuk mendapatkan untung. Namun hal itu berbeda dengan Ibu yang satu ini, dengan tujuan berjualan yang tidak merasa bersaing dan menggunakan cara – cara berjualan yang baik, beliau patut di aprisiasi. Dan beliau juga masih eksis atau bertahan untuk tetap berjualan di era hutan rimba, dimana yang kuat akan mengalahkan yang lemah dan ketika tidak mampu bertahan maka akan punah.



Penulis: Oktavimega Yoga Guntaradewa

Instagram: @Yogantarawa

You May Also Like

0 komentar